Berjumpa Dosen di Internet dan Sesekali Kopi Darat

Iis Zatnika
28/7/2018 01:14
Berjumpa Dosen di Internet dan Sesekali Kopi Darat
Peluncuran Pintaria di Jakarta, Selasa (24/7).(HarukaEDU)

Kuliah yang bisa disambi kerja, berbasis daring dan sejumlah pertemuan, tak lagi hanya identik dengan Universitas Terbuka. Kini, program serupa ditawarkan 10 perguruan tinggi swasta di Jakarta dan Bandung, Jawa Barat, berakreditasi A dan B.

Program blended learning, yang memadukan metode campuran online dan offline (tatap muka) itu ditawarkan Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB), PPM Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI), Sekolah Tinggi Manajemen (STM) Labora, Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS), Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA), Universitas MH Thamrin (UMHT), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), dan Universitas Sahid (USAHID).

Sistem kuliah yang biayanya pun bisa dicicil mulai dari Rp 700 ribuan per bulan ini tersedia di aplikasi Pintaria, online platform untuk pendidikan dan pelatihan. Selain program kuliah tadi, ada pula berbagai akses terhadap pelatihan aneka profesi, informasi tentang profesi yang tengah banyak dicari, lengkap dengan standar gajinya.

Pintaria diluncurkan Novistiar Rustandi, CEO sekaligus salah satu pendiri HarukaEDU, yang menaungi Pintaria, di Jakarta, Selasa (24/7).

“Blended learning menawarkan jadwal lebih fleksibel sehingga mahasiswa bisa meraih gelar sarjana di sela-sela bekerja. Ada pula kelebihan dibandingkan kuliah online, yaitu kesempatan mahasiswa dan dosen berinteraksi secara langsung,” ujar Novistiar.

Novistiar mengaku optimistis, karena riset HarukaEDU pada April 2018 terhadap 1.521 responden, berusia 18-35 tahun, menyatakan, 69% responden lulusan SMA/SMK ingin melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan gelar sarjana dan sebanyak 41% tertarik pada pembelajaran online.

"Alasan terbesar ingin meraih gelar sarjana adalah untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik. Sementara, hambatan terbesarnya adalah biaya yang tinggi dan kesulitan mengikuti program reguler karena jadwal kerja yang tidak memungkinkan. Sehingga, sudah saatnya dunia pendidikan beradaptasi dengan percepatan teknologi informasi, sehingga pendidikan tinggi dan keahlian bisa diraih dengan fleksibel, terjangkau, namun tetap berkualitas.”



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya