Karena, Bisnis Harus Moncer Pun Berkelanjutan

Iis Zatnika
28/7/2018 00:05
Karena, Bisnis Harus Moncer Pun Berkelanjutan
Maria R Nindita Radyati, penulis buku Sustainable Business dan Corporate Social Responsibility (CSR)(CECT Trisakti )

Hapus jauh-jauh pemikiran bahwa program pertanggungjawaban sosial alias CSR itu berwujud beasiswa, donasi buat pembangunan tempat ibadah atau penanaman pohon semata.

Donasi dan filantropi, memang tak salah, namun itu bukan CSR sejati. Tanggungjawab itu bahkan lebih banyak berurusan dengan internal korporasi, bukan hanya kegiatan berbuat baik pada pihak luar yang berujung pada pencitraan.

Pengembalian konsep CSR pada khitahnya itu dijelaskan teramat gamblang, pun lengkap dengan teori, bahkan strategi dan contohnya sekaligus dalam buku Sustainable Business dan Corporate Social Responsibility (CSR) karya Maria R Nindita Radyati, sang pendiri Magister Manajemen Sustainability, Universitas Trisakti.  

Pelurusan pemahaman
Saya yang selama hampir satu dekade berurusan dengan kegiatan yang selama ini kerap disebut-sebut, juga termasuk kegiatan CSR, diam-diam merasa disadarkan, bahkan agak, atau bahkan sangat malu. Namun, jangan terlampau minder, nyatanya menurut Maria, dalam bukunya yang bersampul merah ini, kesalahan pemahaman yang berujung pada melesetnya tujuan juga penghamburan dana itu masih merajalela, di Indonesia, pun lingkup global.

Usai disadarkan, tentang konsep CSR dari aspek etika dan hingga pragmatis, Maria membimbing pembaca bukunya, baik awam dan saya yakini, mereka yang telah jadi praktisi sekalipun, untuk merekontruksi pemikiran.

Buat konteks Indonesia, penuturan Maria yang didasari aneka landasan teori hingga standar disepakati global, akan berujung pemahaman pembacanya tentang betapa banyaknya praktik melenceng. Sehingga, bukan cuma dana perusahaan yang terbuang percuma, bahkan berujung melesetnya target perusahaan dan kehilangan meraih kesempatan.

Pemahaman bahwa bisnis harus menghasilkan kebaikan untuk banyak orang, sebagai filosofi CSR, oleh Maria yang juga Direktur Eksekutif Center for Entrepreneurship, Change and Third Sector (CECT) Universitas Trisakti itu, dipadankan dengan kewajiban mematuhi regulasi. Di tataran pragmatis, CSR yang menjadi bagian dari sistem manajemen, kemudian akan berujung pada keuntungan, citra positif, kepercayaan publik dan tentunya bisnis yang berkelanjutan.

Sustainability atau keberlanjutan itu, pada tahapan praktis, misalnya akan berwujud usaha perusahaan menjadikan organisasinya sebagai wahana pengembangan diri dan salah satu sumber kebahagiaan bagi karyawannya. Pun, langkah perusahaan memastikan masyarakat punya daya beli agar dapat terus menjadi konsumennya dengan menorong mereka sejahtera, memberikan pelatihan wirausaha, yang berujung pada terbentuknya kelompok usaha atau koperasi.   

Jika langkah-langkah itu terkesan terlampau ideal, jangan berkecil hati, Maria yang bersama organisasinya rutin menggelar CECT Sustainability Awards, pun memberikan solusi dan banyak kisah implementasi yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan di negeri ini. Semuanya didasarkan pada standar-standar yang terukur, salah satunya dimuat dalam ISO 26000 dan kesepakatan global PBB.  
Maria menegaskan, ini adalah soal berbisnis dengan optimal, dengan berbuat baik. Nyatanya, negara, perusahaan, publik bahkan PBB bisa berkolaborasi untuk dunia yang lebih baik dan bisnis yang lebih moncer! (M-3)
   
Judu Bukul: Sustainable Business dan Corporate Social Responsibility (CSR)
Penulis:  Maria R Nindita Radyati
Penerbit: Center for Entrepreneurship, Change and Third Sector (CECT) Universitas Trisakti
Jumlah halaman: 247

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya