Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
BUKAN petugas KAI dan bukan pula pemudik, Farid Nurman ikut dalam keramaian di musim mudik di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Selasa (12/6). Ia berdiri di mulut lorong yang menjadi jalan penghubung antarperon. Sikapnya santun dengan tangan terkatup di depan dada.
Jika ada penumpang yang tampak kebingungan, Farid dengan sigap menawarkan bantuan. “Ada di belakang Ibu,” katanya kepada perempuan yang saat itu kebingungan mencari gerbong yang dituju.
Aksi Farid itu wujud kecintaannya terhadap kereta api. Bersama teman-temannya di Gerakan Muda Penggemar Kereta (GM-Marka) mereka ambil bagian di Posko Lebaran Stasiun Pasar Senen.
“Awalnya saya suka sama kereta, terus pengin bantu penumpang juga biar dia lancar mudiknya, keretanya enggak telat dianya enggak ketinggalan. Membantu penumpang sih biar arusnya lancar. Sama enggak ada keributan (kesemrawutan),” tambah Farid yang saat kereta berangkat akan melakukan sikap penghormatan dengan sedikit membungkuk kepada kereta.
Bertugas sampai malam tidak jadi soal bagi Farid dan teman-temannya. “Kalau capek sih pasti, cuma setelah kereta berangkat. Oh, udah aman. Udah terbayarkanlah capeknya,” tegas Farid. Selama musim mudik ada 15 penggemar kereta yang menjadi relawan di Posko Lebaran Pasar Senen. Mereka berasal dari gabungan beberapa komunitas pencinta kereta api.
GM-Marka sendiri setiap harinya menugaskan 5 orang anggota yang bekerja dalam dua sif, pagi dan sore. Pendiri GM-Marka Tubagus Gemilang Pratama Adi, menjelaskan mereka telah melakukan aksi serupa sejak Lebaran 2013.
Pemuda berusia 24 tahun ini mengungkapkan komunitasnya telah dibentuk sejak 2006 atau semenjak dirinya masih di SMP. Saat ini anggota GM-Marka berjumlah 100 orang, tapi anggota aktif hanya setengah dari jumlah itu.
Ikut mencari solusi
Kegiatan yang dilakukan GM-Marka tidak sebatas pada momen Lebaran. Selain kunjungan ke fasilitas perkeretapian seperti Dipo maupun Balai Yasa, GM-Marka juga rutin mengadakan diskusi. Temanya seputar perkeretapian dalam negeri maupun luar negeri.
“Kita fokusnya kalau luar negeri perkeretapian Jepang, kalau di Indonesia sendiri kita juga mengamati perkembangan kereta api terkini, terutama masalah layanan,” tambah Tubagus. GM-Marka juga rutin membagikan pengetahuan dan berita tentang perkembangan kereta api di media sosial mereka. Selain fokus pada bahasan perkeretaapian, GM-Marka juga mempunyai beberapa wadah yang fokus terhadap gim kereta api, yakni Open BVE Indonesia (OBI).
“Jadi itu dulu pertama 2008, kita menerjemahkan permainan simulator namanya BVE. Itu dari Jepang tapi waktu itu bahasanya bahasa Jepang. Jadi kita terjemahkan sistemnya semua ke bahasa Indonesia terus kita buat keretanya kereta Indonesia. Sampai sekarang sudah berkembang pusat,” tambah Tubagus.
Anggota lain GM-Marka, Chairul Gunawan, 19, mengungkapkan dalam diskusi tersebut, mereka fokus menyoroti layanan kereta api. Selepas diskusi internal, mereka menyampaikan hasil diskusi kepada perusahaan kereta api.
“Jadi, biasanya kalau untuk forum diskusi terkadang kita sudah membicarakan secara internal dulu. Apa nih, PT KAI atau KCI? Apa nih yang kita harus kritik? Apa yang harus kita sarankan? Mengenai pelayanan atau bagaimana? Nanti dengan sendirinya PT KAI atau KCI rutin menggadakan buka forum diskusi bersama penumpang dan penggemar kereta api. Di forum tersebut kita mengutarakan itu,” terang Chairul yang juga didapuk sebagai humas komunitas.
Semua permasalahan mereka tampung, lalu dibahas bersama anggota komunitas, mulai masalah jadwal, keterlambatan kereta, hingga fasilitas dalam kereta maupun stasiun. Selain itu, tak jarang pula, GM-Marka menjadi penampung dari keluh-kesah para pengguna layanan kereta api. Masukan itulah yang mereka bawa untuk disampaikan pada pihak penyedia layanan kereta api.
“Kita mengkritik keterlambatan kereta, fasilitas yang ada di stasiun, baik musala, toilet ataupun yang lainnya terkadang tidak tepat. Itu kita sampaikan kritik-kritiknya. Entah armada kereta yang AC-nya (pendingin ruangan) kurang atau bagaimana. Terkadang kita juga sebagai perantara dari penumpang,” tegasnya. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved