SEKITAR 30 pembeli dan penyedia jasa serta produk berkumpul dan berdiskusi tentang destinasi wisata Pangkalpinang pada Travel Mart Pangkalpinang, Bangka Belitung, belum lama ini. Ya, pelesir di kota ini ialah paket lengkap. Ada pesona bahari, wisata sejarah, kultur, dan religi. Di sela acara, saya bersama rombongan pemilik agen perjalanan, hotel, dan penunjang kegiatan wisata lainnya mengeksplorasi Pangkalpinang untuk memvalidasi isi diskusi.
Bangka Botanical Garden Tanah di wilayah yang dulunya dikenal dengan sebutan kota timah ini berstruktur pasir. Ini menyebabkan hanya tanaman tertentu yang bisa tumbuh.
Namun, kesejukan tetap dapat dirasakan di sini. Pelancong bisa datang ke Bangka Botanical Garden (BBG) di Jalan Laksamana Malahayati, Ketapang, 9 menit perjalanan dari bandara maupun pusat kota. BBG mengolah lahan dengan tingkat keasaman (pH) di bawah 5 yang menjadikannya lahan subur bagi berbagai jenis tanaman, tambak ikan air tawar, dan peternakan sapi perah.
Sepanjang jalan menuju BBG, deretan pohon cemara menghiasi kiri dan kanan. Saya mengunjunginya ketika kemarau masih tersisa. Beberapa tumbuhan terlihat mengering dan cuaca cenderung panas berdebu.
Namun, panorama BBG tetap istimewa. Hujan yang belum datang menciptakan titik cantik untuk berfoto. Lokasi ini tersebar di antara pohon cemara berdaun oranye. Rasanya bagaikan berada di Eropa saat musim panas.
Jika dilihat dari dekat, warna oranye pada daun ini berasal dari tanah merah yang terhembus oleh lindasan ban mobil. Namun, hikmah fenomena itu dengan cerdas dimanfaatkan banyak pelancong. Mereka mengabadikan momen istimewa itu.
Di sini ada pula perkebunan buah naga, beraneka ragam sayur, serta kolam-kolam ikan mas, nila kakap putih, dan patin. Kehidupan tumbuhan dan hewan itu ditopang teknik pertanian dan peternakan organik.
Kelenteng Shen Mu Miaw Bergeser sedikit dari BBG, saya menemukan Kelenteng Shen Mu Miaw di daratan atas Pangkalpinang.
Di sini, kami disuguhi patung-patung hewan perlambang shio. Ada patung ayam, monyet, kerbau, kelinci, dan lainnya yang menghiasi pinggir kelenteng. Sesampainya di gerbang depan, saya kembali disuguhi pemandangan pantai yang indah di bawah sana. Ya, kelenteng ini memang menghadap langsung ke arah laut Tanjung Bunga.
Kelenteng tempat pemujaan umat Kong Hu Cu serta Buddha ini diresmikan pada 21 April 2011. Penamaan Shen Mu Miaw ini diambil dari nama dewi laut atau Thian Hau Shen Mu dan kelenteng ini pun memang dibangun untuk memujanya. Ornamen arsitektur oriental dengan warna merah mendominasi. Keistimewaan lainnya, kelenteng ini punya batu giok berbentuk naga yang konon milik Sang Dewi Laut dan merupakan satu-satunya di dunia.
Tradisi Nganggung Kami bersyukur sekali datang ke kota ini bertepatan dengan Muharram karena mendapatkan pengalaman unik yang hanya ada pada acara besar tertentu. Tradisi Nganggung, begitu mereka menyebutnya.
Tradisi yang lekat dengan perayaan agama, kuliner, dan kebersamaan ini dilakukan rutin menjelang aneka hari besar, mulai Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, Nisfu Sya'ban, sampai Muharram. Pangkalpinang memang istimewa. Di sini kultur Melayu dan Tionghoa hidup berdampingan.
Nganggung juga sering disebut dengan adat Sepintu Sedulang karena memang setiap keluarga pergi ke masjid dengan membawa satu dulang berisi makanan lengkap di atas dulang kuningan yang ditutup dengan tudung saji. Setelah salat, mereka akan makan bersama. Menunya cukup beragam, seperti ikan, mi, hingga pempek.
Seperti layaknya Idul Fitri, perayaan ini pun meriah. Masyarakat di sini biasanya akan saling bersilaturahim. Tak jarang pemilik rumah mengajak makan semua tamunya. "Selain bentuk silaturahim, ini pun sebagai bentuk syukur kepada-Nya yang telah melimpahkan rezeki," kata Agus Tani, pemilik rumah yang saat itu saya datangi di daerah Kelurahan Ketapang.
Mi koba Tak hanya pempek yang terkenal, bakmi bangka pun bisa menjadi pilihan kuliner di Pangkalpinang. Jika Anda muslim, pilihlah tempat makan yang mencantumkan tulisan halal di muka warung atau restorannya.
Mi koba ialah salah satu pilihan penyaji bakmi bangka. Warung ini menyajikannya dengan kuah ikan tenggiri. "Kuahnya memang dari ikan tenggiri asli, dibuat dengan cara menjadi bubuk. Mi ini pun ditambah dengan abon goreng," kata Amrul, juru masak Rumah Makan Mie Koba. Tektur mi yang lembut berpadu dengan taoge dan taburan abon goreng dan seledri ini membuat rasa mi lebih kuat, apalagi ditambah perasan jeruk kunci. Gurih berpadu segar. Jika ingin ditambah topping lagi, telur rebus tersedia di meja.
Selama tiga hari di Pangkalpinang, kami membahas potensi di meja diskusi dan menjelajahnya langsung. Itu membuat saya makin yakin, Indonesia enggak ada habisnya! (M-1)