Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Berkat AI, Gedung Penyimpanan Data 9 Lantai Cukup Dikawal 2 Teknisi

Iis Zatnika
22/8/2025 15:41
Berkat AI, Gedung Penyimpanan Data 9 Lantai Cukup Dikawal 2 Teknisi
Konferensi LeadX 2025 di selenggarakan di Jakarta, Selasa (19/8), diikuti lebih dari 500 peserta dari 100 perusahaan lintas sektor.(Dok Istimewa)

Implementasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) tak bisa dilepaskan dari isu keamanan data, etika penggunaan, serta konsumsi energi. Hal itu mengemuka dalam konferensi teknologi LeadX 2025 di Jakarta, Selasa (19/8).

Konferensi ini diikuti lebih dari 500 peserta dari 100 perusahaan lintas sektor, mulai dari perbankan, asuransi, manufaktur, telekomunikasi, hingga distribusi. 

Direktur Utama PT Intikom Berlian Mustika Agus Susanto, menyatakan AI dan keamanan data sebagai faktor kunci keberhasilan bisnis. Implementasi AI di perusahaan masing-masing harus dikembangkan masing-masing institusi, agar mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Begitu pula proteksi data, perlu terus dikembangkan untuk mengimbangi semakin mutakhirnya serangan siber.

Tak kalah pentingnya, isu terkait hak cipta. "Contohnya hasil desain sebuah kapal atau pesawat terbang yang merupakan aset yang harus dilindungi agar tidak dicuri atau ditiru pihak lain. Sistem AI kadang mereferensi data yang sebenarnya memiliki hak cipta. Karena itu, pemerintah sudah mengatur agar data orang lain tidak digunakan sembarangan,” katanya.

"Data adalah aset terpenting yang dimiliki, sekali saja terjadi pembobolan, maka seluruh jerih payah yang dibangun bertahun-tahun bisa hilang dalam sekejap. Seperti kehilangan pelanggan, kehilangan kapitalisasi pasar, kehilangan kehormatan, dan bahkan masa depan perusahaan," ujar Agus.

Ia menambahkan, AI kini bisa menjadi benteng pertahanan utama dalam menjaga keamanan data. "AI dapat menjadi senjata yang proaktif mencegah pembobolan sebelum serangan terjadi. AI juga dapat membantu kita melindungi salinan data sehingga bisa digunakan kembali kapanpun dibutuhkan, serta membantu mengikuti regulasi yang semakin ketat," jelasnya.

Sementara CEO dan pendiri Data Center Indonesia (DCI), Otto Toto Sugiri menyatakan AI juga telah berdampak pada konsumsi kapasitas data dan energi. 

"Saat ini 5%  energi dunia dikonsumsi untuk kepentingan data. Namun di sisi lain efisiensi operasional meningkat drastis. Satu gedung data center dengan sembilan lantai kami cukup dioperasikan dua teknisi alumnus SMK, karena sistem pemantauan dan pengambilan keputusan sudah dijalankan oleh AI. Begitu pula kapasitas data yang dibutuhkan, misalnya saja saat masyarakat mengggunakan mesih pencari dibandingkan AI, jauh lebih banyak”

Direktur Intikom Sudimin Mina menyebut penerapan AI wajib  mencakup tiga aspek utama, yaitu aspek data, AI mustahil berjalan tanpa data. Berikutnya aspek keamanan, yaitu data yang diproses harus dijaga agar tidak bocor atau salah digunakan serta etika, yaitu penggunaan AI wajib sesuai aturan dan menghormati hak pelanggan.

"Sekarang virus itu sudah di-handle oleh virus juga, oleh AI juga. Jadi, AI yang bikin coding untuk menyerang, ya harus dilawan juga dengan AI."

Sementara Direktur Keamanan Siber dan Kriptografi Nasional BSSN Edit Prima menegaskan, sektor perbankan dan fintech termasuk yang paling rawan, mengingat pelaku kejahatan kini memanfaatkan AI untuk memalsukan wajah dan suara demi menembus sistem verifikasi identitas digital (KYC).

“Prinsipnya sama seperti sejarah awal komputer yang berawal dari mesin sandi Jerman yang tidak bisa dilawan dengan kertas dan pensil, tetapi dengan mesin yang kemudian kita kenal sebagai komputer. Hal yang sama berlaku sekarang, serangan berbasis AI harus dilawan dengan AI,” ujar Edit. (X-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya