Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Astronom Temukan Cara Baru Deteksi Supernova

Thalatie K Yani
20/8/2025 09:12
Astronom Temukan Cara Baru Deteksi Supernova
Ilustrasi(freepik)

LEDAKAN supernova adalah peristiwa kosmik dahsyat yang dapat mengungkap banyak hal tentang bintang. Namun, menangkapnya tepat setelah terjadi selama ini sangat sulit. Kini, tim astronom percaya mereka menemukan cara ampuh untuk mendeteksi supernova pada tahap paling awal.

Menurut Lluís Galbany dari Institute of Space Sciences di Barcelona, semakin cepat supernova terdeteksi, semakin banyak informasi yang bisa diperoleh. “Beberapa jam hingga hari pertama setelah ledakan sangat penting,” ujarnya.

Ada dua jenis bintang yang bisa meledak sebagai supernova. Pertama, white dwarf (sisa bintang mirip Matahari) yang mencapai batas massa kritis, biasanya karena menyerap materi dari bintang pendamping atau bertabrakan dengan white dwarf lain. Kedua, bintang raksasa dengan massa minimal delapan kali Matahari yang kehabisan bahan bakar nuklir. Intinya runtuh menjadi bintang neutron, sementara lapisan luarnya terlempar ke angkasa.

Dalam penelitiannya, tim Galbany menggunakan Gran Telescopio de Canarias, teleskop optik terbesar di dunia. Mereka berhasil mengamati 10 supernova muda sebagian hanya berusia kurang dari dua hari sejak ledakan. Di mana lima dari bintang raksasa, lima dari white dwarf.

Protokol Deteksi

Protokol deteksi yang dikembangkan cukup ketat. Pertama, objek harus benar-benar baru, tidak terlihat di citra malam sebelumnya. Kedua, objek harus berada di galaksi, agar tidak keliru dengan fenomena lain seperti bintang flare atau quasar. Jika memenuhi syarat, instrumen OSIRIS diaktifkan untuk menganalisis spektrum cahaya supernova, yang mengungkap kandungan unsur serta jenis ledakannya.

Tahap awal supernova juga menampilkan fenomena menarik, seperti “shock breakout”, kilatan singkat ketika gelombang kejut menembus permukaan bintang, dan “flash spectrum”, jejak singkat dari gas yang baru saja terlepas sebelum bintang hancur. Data ini membantu ilmuwan memahami struktur bintang, lingkungannya, hingga kemungkinan keberadaan bintang atau planet pendamping.

Observatorium Vera C Rubin

Ke depan, Observatorium Vera C. Rubin yang diperkirakan beroperasi penuh pada akhir 2025 akan sangat mendukung penelitian ini. Setiap malam, teleskop tersebut diperkirakan menghasilkan jutaan sinyal dari berbagai fenomena langit, termasuk supernova. Protokol Galbany diyakini dapat diintegrasikan untuk menyaring sinyal tersebut dan menemukan supernova muda secara rutin, bahkan yang berusia kurang dari 24 jam.

“Dengan respons cepat dan survei langit mendalam, kita bisa mengumpulkan data spektrum hanya dalam sehari setelah ledakan,” kata Galbany. “Ini membuka jalan bagi studi sistematis tentang fase paling awal supernova.” (Space/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya