Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Apakah Bumi Berada di Tengah Kekosongan Kosmik Raksasa? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Bagaskara Aprilianto Hartono Putra
11/7/2025 20:19
Apakah Bumi Berada di Tengah Kekosongan Kosmik Raksasa? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Ilustrasi kekosongan kosmik Galaksi(Dok. ESO/L. Calçada)

PENEMUAN baru yang mengejutkan dari para ilmuwan menunjukkan bahwa Bumi dan galaksi Bima Sakti mungkin berada di dalam kekosongan kosmik raksasa. Gema dari Big Bang menjadi petunjuk utama bahwa area ini memiliki kepadatan materi lebih rendah dibandingkan wilayah lain di alam semesta.

Bukti Baru dari Gema Big Bang

Analisis terbaru terhadap radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB), sisa dari Ledakan Besar (Big Bang), mengungkap bahwa galaksi kita terletak dalam wilayah berukuran 2 miliar tahun cahaya dengan kepadatan materi 20% lebih rendah dari rata-rata.

Temuan ini bisa menjadi kunci dalam menyelesaikan teka-teki tegangan Hubble, yaitu perbedaan nilai laju ekspansi alam semesta tergantung metode pengukuran.

Menjawab Misteri Tegangan Hubble

Dalam dekade terakhir, para astronom menghadapi dilema besar: dua metode utama pengukuran laju ekspansi alam semesta (konstanta Hubble) memberikan hasil yang berbeda.

Metode pertama menggunakan pengamatan CMB dan memprediksi ekspansi sebesar 67 km/detik/Mpc, sesuai dengan model kosmologi standar. Sebaliknya, pengamatan terhadap supernova dan galaksi terdekat menunjukkan hasil yang lebih tinggi.

Perbedaan ini menciptakan krisis dalam kosmologi modern—disebut tegangan Hubble—yang belum terselesaikan hingga kini.

Teori Lubang Kosmik: Kekosongan KBC

Gagasan bahwa kita tinggal di area dengan kepadatan lebih rendah bukan hal baru. Sejak 1990-an, ilmuwan telah memperkirakan bahwa galaksi Bima Sakti berada di pusat kekosongan besar, yang dikenal sebagai kekosongan KBC, dinamai dari tiga ilmuwan yang mengemukakannya.

Dalam studi terbaru, Indranil Banik dan timnya menganalisis data selama 20 tahun dari fenomena osilasi akustik baryon (BAO)—gelombang suara purba dari Big Bang yang memengaruhi distribusi galaksi saat ini.

Hasilnya, kemungkinan bahwa kita berada di dalam kekosongan 100 kali lebih besar dibandingkan peluang tinggal di area yang memiliki kepadatan rata-rata.

Dampak terhadap Model Kosmologi dan Pemahaman Alam Semesta

Penemuan ini tidak hanya memberikan alternatif untuk menyelesaikan tegangan Hubble, tetapi juga menantang asumsi dasar model kosmologi, termasuk anggapan bahwa materi tersebar merata di seluruh jagat raya. Jika benar, model alam semesta homogen mungkin harus direvisi.

Para peneliti akan melanjutkan dengan membandingkan model kekosongan dengan model kosmologi lainnya, untuk menentukan mana yang paling akurat menggambarkan sejarah pemuaian alam semesta.

Makna Kosmologis: Apakah Kita Benar-Benar Terasing?

Jika kita benar-benar berada di tengah kekosongan kosmik yang luas, maka posisi Bumi di alam semesta mungkin lebih unik dan terisolasi dari yang pernah kita duga.

Temuan ini menantang salah satu prinsip utama astronomi modern: bahwa tidak ada tempat yang istimewa di alam semesta.

Namun kini, mungkin justru keistimewaan keterasingan kita menjadi petunjuk penting dalam memahami struktur dan sejarah alam semesta secara menyeluruh. (Live Science/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya