Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
TIDAK hanya pertarungan tinju manusia yang penuh dengan gertakan dan taktik, pertarungan seekor kepiting uca (Fiddler crab) juga sarat dengan strategi. Dalam studi terbaru yang dirilis di Journal Behavioral Ecology and Sociobiology, seekor kepiting uca memiliki aksi menarik dalam pertarungan di antara hewan itu. Kepopuleran kepiting uca jantan dikenal dari rupa capitnya yang tidak seimbang. Rupa capit kepiting uca terbagi menjadi dua, capit besar (capit yang digunakan dalam pertarungan) dan capit kecil (capit yang digunakan untuk kebutuhan umum). Meskipun besar, capit itu sering kali terpotong, entah pada sebuah pertarungan dengan rival atau percekcokan dengan predator. Ketika itu terjadi, sebuah capit baru dapat beregenerasi. Bentuknya pun persis rupa dan ukurannya, tapi tidak pada kekuatannya. Kepiting uca jantan dengan capit teregenerasi harus menggunakan seluruh kecerdikan dan muslihat dengan tujuan menambah kesempatan memenangi pertarungan. Selain itu, hewan itu juga melakukan permainan pikiran dengan musuhnya.
Ini dilakukan karena kepiting uca jantan merasa tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan terbatas dari capitnya. Ketua peneliti Daisuke Muramatsu menyebutkan capit besar kepiting uca merupakan hal yang paling dipertimbangkan dalam menyesuaikan taktik pertarungan dan memilih lawan. Hal itu menyebabkan kepiting yang kehilangan capit besar cenderung akan dipilih sebagai lawan bertarung. Selain itu, hewan itu juga akan memilih lawan dengan capit tarung yang lebih kecil. Itu dilakukan dengan harapan dapat melakukan serangan teknik memiting dengan cepat. Mereka juga berhati-hati untuk mengambil pertarungan dengan lawan yang memiliki capit tarung berlawanan (tidak semua kepiting uca memiliki capit tarung di lokasi yang sama) jika dibandingkan dengan posisi capit tarung yang sama dengannya. Peneliti menduga, jika kondisi capit tempur berlawanan arah, itu akan sangat sulit untuk menyerang lawan atau sulit terpaut. Meskipun pemilih, kepiting uca tampak tidak bisa membedakan yang mana capit teregenerasi dan yang orisinal dari musuhnya dengan hanya melihat sekilas.
Kondisi itu dapat membuat kepiting uca yang memiliki capit teregenerasi dapat mengancam balik melalui serangan dengan beberapa pukulan membabi buta sebagai bentuk gertakan. Peneliti menduga ancaman lebih besar di awal melalui gertakan memiliki dampak signifikan jika dibandingkan dengan setelah pertarungan. Lebih lanjut, selain mengamati aktivitas-aktivitas dan sifat-sifat yang terjadi dalam pertarungan kepiting uca, peneliti mengklasifikasikan tahap-tahap tersebut dalam tiga bagian. Beberapa tahapan itu ialah tahap kontak (contact stage), tahap berpaut (interlock stage), dan tahap mencampakkan (fling stage). Secara menyeluruh, hasil studi tersebut menekankan pada kemampuan kepiting uca dalam menyelaraskan taktik bertarung melalui strategi yang cerdik dan tepat memilih lawan agar menang dalam pertarungan mental tanpa harus terikat dalam pertarungan langsung. Penting bagi hewan itu untuk mencoba memengaruhi pikiran lawan hingga menyerah sebelum bertarung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved