Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PEMANTAUAN perkembangan otak pada bayi berusia di bawah 1 tahun atau infan selama ini masih menjadi tantangan. Teknologi MRI masih menjadi teknik terbaik yang ada.
Namun, tim peneliti dari University Collage London (UCL), Cambridge University, dan Rosie Hospital membuat gebrakan dengan melakukan demonstrasi hasil penelitian mereka. Menggunakan teknologi high-density diffuse optical tomography (HD-DOT) atau pemodelan otak dengan metode optik, mereka menemukan cara untuk dapat merekam aktivitas otak bayi secara lebih efektif dan efisien.
Teknologi tersebut menggunakan inframerah dengan resolusi yang hampir sama dengan MRI. Alat yang digunakan memiliki bentuk seperti topi atau helm yang bisa digunakan oleh bayi dengan lebih nyaman dan posisi duduk di ruang terbuka.
Karena dapat digunakan selama beraktivitas, teknologi itu jadi memiliki kelebihan untuk bisa merekam aktivitas otak bayi dalam kegiatan sehari-hari.
“Selama ini masih sangat sulit bagi peneliti untuk bisa mempelajari perkembangan otak bayi dengan menggunakan mesin perekam tradisional yang ada (MRI),” ujar peneliti UCL, Rob Cooper, dilansir dari bbc.com (25/11).
Rob menjelaskan bayi di bawah 1 tahun sangat aktif dan sulit untuk berdiam dalam waktu lama. Jika menggunakan MRI, hampir tidak mungkin bisa dilakukan bila bayi tidak dalam keadaan tidur atau dibius.
Karena itu, dengan MRI hampir tidak mungkin bisa mengetahui aktivitas otak bayi dalam keadaan sadar dan beraktivitas normal. Hal itu yang berusaha dicari solusinya melalui penelitian yang dikembangkan saat ini.
Rob menjelaskan, teknologi itu telah diuji coba dengan digunakan oleh bayi berusia 6 bulan. Hasilnya, masin dapat merekam dengan baik aktivitas otak pada bayi seperti halnya yang dapat ditangkap oleh mesin MRI.
Teknologi tersebut saat ini telah mulai dikembangkan prototipenya oleh perusahaan di bawah UCL, Gowerlabs. LUMO menjadi nama yang dipilih untuk teknologi terbaru itu.
LUMO memiliki topografi berupa helm berwarna hitam dengan 4 sensor inframerah di sekelilingnya. Terdapat tiga titik yang merupakan sumber LED. Adapun kabel penghubung helm dengan mesin perekam dan monitor terdapat di bagian belakang kepala bayi.
“Data yang kami kumpulkan dari hasil demo menunjukkan bahwa generasi terbaru teknologi neurosains ini dapat ditoleransi oleh kondisi bayi secara umum,” ujar Rob.
Ia juga mengatakan bahwa dengan melihat efisiensi alat yang digunakan, LUMO nantinya dapat memberikan pelayanan rekam otak dengan biaya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan MRI.
“Teknologi ini sangat aman, tenang, dan mudah dilakukan. Hasilnya juga lebih baik secara resolusi bila dibandingkan dengan teknologi lain yang sudah ada saat ini,” pungkas Rob. (Pro/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved