Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SALAH satu bahaya terbesar yang akan dihadapi astronaut masa depan yaitu radiasi luar angkasa. Radiasi tersebut dapat menyebabkan sejumlah penyakit, mulai dari katarak hingga kanker dan penyakit neurodegeneratif.
Meskipun misi Apollo pada 1960-an dan 1970-an membuktikan bahwa aman bagi orang-orang untuk menghabiskan beberapa hari di permukaan bulan, NASA tidak melakukan pengukuran radiasi harian. Hal tersebut penting untuk membantu para ilmuwan mengukur lama kru dapat tinggal di bulan.
Pertanyaan itu terjawab pada Jumat (25/6) setelah tim Tiongkok-Jerman menerbitkan dalam jurnal Science Advances hasil eksperimen yang dilakukan pendarat Chang'E 4 Tiongkok pada 2019.
"Besarnya radiasi bulan antara dua dan tiga kali lebih tinggi daripada ISS (Stasiun Luar Angkasa Internasional)," kata rekan penulis, Robert Wimmer-Schweingruber, ahli astrofisika di Universitas Kiel.
Ada beberapa sumber paparan radiasi, seperti sinar kosmis galaksi, peristiwa partikel matahari sporadis (misalnya dari jilatan api matahari), dan neutron serta sinar gamma dari interaksi antara radiasi ruang angkasa dan tanah bulan.
Radiasi diukur menggunakan unit sievert terkait jumlah yang diserap oleh jaringan manusia. Tim menemukan bahwa paparan radiasi di bulan sebesar 1.369 mikrosievert per hari atau sekitar 2,6 kali lebih tinggi dari dosis harian awak Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Itu disebabkan ISS sebagian masih dilindungi gelembung magnet pelindung bumi yang disebut magnetosfer. Fungsinya membelokkan sebagian besar radiasi dari luar angkasa. (AFP/OL-14)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved