Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
ERA digital memang sudah tidak bisa dibendung lagi perkembangannya.
Berbagai sektor bisnis saat ini mulai mendigitalkan diri agar dapat bertahan mengikuti perubahan zaman.
Fenomena itu ditindaklanjuti The Economist Intelligence Unit (EIU) melalui sebuah proyek riset global yang diprakarsai Telstra, perusahaan telekomunikasi yang merupakan induk usaha dari Telkom Telstra.
Hasil riset itu menunjukkan Jakarta menempati peringkat 8 dari 45 kota dalam hal kepercayaan terhadap bisnis secara menyeluruh.
Dalam riset itu, ada lima kategori yang dinilai.
Yaitu, inovasi dan kewirausahaan, lingkungan finansial, sumber daya manusia (SDM) dan keterampilan, pengembangan teknologi baru, dan infrastruktur TIK.
Bagi Presiden Direktur Telkomtelstra, Erik Meijer, hasil riset tersebut menunjukkan adanya tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap ekonomi dunia yang terus tumbuh.
"Agar transformasi digital dapat sukses, dibutuhkan dukungan eksternal yang kuat. Oleh karena itu, pelaku bisnis di Jakarta percaya pada kemampuan kotanya untuk mendukung potensi digital perusahaan mereka." ungkap Erik dalam pemaparan hasil riset yang dilakukan di Jakarta, Rabu (17/1).
Dari 10 kota teratas untuk tingkat kapabilitas keseluruhan, tujuh berasal dari negara berkembang di Asia.
Ketujuh kota itu ialah Bangalore, Mumbai, New Delhi, Beijing, Manila, dan Shanghai.
Sebaliknya, tingkat kapabilitas yang lebih rendah ditemukan di kota yang sudah maju seperti Hong Kong dan Tokyo.
"Tingginya tingkat kepercayaan ini didasari pertumbuhan ekosistem digital di Jakarta yang jelas terlihat, serta pemerintah yang mendukung pertumbuhan sektor bisnis dan serius dalam membina kewirausahaan digital. Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia pada umumnya, dan Jakarta pada khususnya, melihat kemajuan pesat dalam perkembangan sektor bisnis digital," imbuh Erik.
Ketimpangan
Meski Jakarta menempati posisi yang cukup baik, hasil riset itu menunjukkan 36% eksekutif di Jakarta menyatakan pasokan tenaga kerja dan keterampilan mereka menjadi tantangan terberat yang dihadapi Jakarta.
Maka tak heran bila masih ada sejumlah perusahaan merekrut tenaga ahli dari negara lain di Asia Tenggara atau negara lain.
"Untuk bersaing di era digital, masih dirasakan adanya ketimpangan antara universitas dan kurikulum yang diterapkan dengan kebutuhan terkini dunia usaha. Meskipun hal itu bukan menjadi masalah yang hanya dialami di Indonesia, jelas dunia pendidikan harus lebih fokus dalam membekali siswanya dengan keterampilan digital yang relevan untuk melengkapi pertumbuhan perusahaan start-up di Jakarta," kata Erik.
Dalam kesempatan tersebut, Editorial Director Asia dari The Economist Intelligence Unit, Charles Ross memaparkan bahwa 86% eksekutif percaya bahwa transformasi digital sangat penting untuk dilakukan pada organisasi atau lembaga yang mereka pimpin dalam 3 tahun ke depan.
"Alasan mereka pertama ialah menghemat biaya, kedua kegiatan operasional menjadi lebih efisien, ketiga akan melahirkan ide-ide inovasi untuk membuat produk baru, keempat memperluas jangkauan pasar, dan kelima menjangkau segmen pelanggan yang baru," jelas Charles.
Namun, semua organisasi memiliki berbagai opsi dalam melakukan transformasi digital.
Disesuaikan dengan kebutuhan dan pusat operasi bisnis itu dilakukan.
"Riset ini memberikan kontribusi yang amat penting untuk mengetahui dukungan seperti apa yang dibutuhkan untuk melakukan transformasi digital pada bisnis mereka. Riset itu juga menghadirkan pemahaman yang bermanfaat bagi komunitas bisnis digital di Jakarta dalam memahami tantangan dan peluang yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi digital lebih lanjut di Indonesia," pungkas Erik.
(M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved