Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Mentoring Spesifik bagi Start-up semakin Dibutuhkan

Rizky Noor Alam
03/11/2017 23:31
Mentoring Spesifik bagi Start-up semakin Dibutuhkan
(DOK. JERRY S JUSTIANTO)

PERKEMBANGAN dunia teknologi informasi (TI) memang sulit dibendung. Kehidupan masyarakat modern saat ini pun tidak luput dari TI dalam berbagai bidang.

Fenomena tersebut tentunya mendorong banyak para pengembang teknologi berlomba-lomba mengembangkan aplikasi ataupun sistem yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Hal itu membuat banyak bermunculan start-up (perusahaan pemula) yang menyediakan beragam fitur dan layanan dari berbagai bidang dalam genggaman tangan.

Salah satu upaya pemerintah untuk mendorong semakin majunya industri start-up Indonesia ialah dengan meluncurkan Gerakan Nasional 1.000 Start-up Digital yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Salah satu pihak yang mendukung gerakan itu ialah Google.

Melalui Google Developers Launchpad tersebut, perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat itu melatih 20 mentor Launchpad serta 40 mentor lokal yang telah menjadi bagian dari Gerakan Nasional 1.000 Start-up Digital serta memberikan bimbingan pribadi pada 25 perusahaan pemula Indonesia.

"Kami menerbangkan 20 ahli dari Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia untuk mengajar dan bertemu dengan ribuan wirausaha (entrepreneur) muda antusias Indonesia. Mereka berusaha membangun perusahaan-perusahaan yang membentuk ekonomi digital Indonesia di masa depan," jelas Head of Government Google Indonesia Shinto Nugroho dalam konferensi pers di Jakarta (29/10).

Kegiatan itu dilakukan untuk memenuhi komitmen dalam melatih 100 ribu developer di Indonesia sebelum 2020 dan sampai saat ini sudah lebih dari 43 ribu developer mengikuti pelatihan tersebut melalui berbagai program.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan ekosistem start-up di Indonesia saat ini masih dalam tahap pertumbuhan sehingga dibutuhkan upaya semua pihak untuk terus mendorongnya.

"Kita tidak bisa mengembangkan sendiri, makanya kita mencari dukungan. Ini adalah pengembangan dari program 1000 start-up kita. Dari tahun lalu sudah 30 ribu orang kita edukasi, bahkan beberapa sudah menjadi perusahaan. Ekosistem ini telah terbentuk dan mereka membutuhkan peningkatan sehingga nanti bisa bermain di taraf internasional," tambahnya.

Era ekonomi digital

Lebih lanjut, Semuel menambahkan Indonesia membutuhkan sebanyak-banyaknya start-up guna menyongsong era ekonomi digital.

"Semakin banyak yang bisa diselesaikan dengan teknologi digital itu semakin bagus. Sebabnya, arah ke depan dalam era ekonomi digital adalah Big Data. Di situ kita akan mempunyai suatu data besar, sehingga bisa merencanakan apa yang akan kita buat setiap tahunnya," imbuhnya.

Namun, lanjut Samuel, ada beberapa hambatan dalam mengembangkan start-up.

Salah satunya terbatasnya sumber daya manusia (SDM) untuk melakukan mentoring kepada para perintis start-up.

Untuk itulah, ujarnya, dibutuhkan kolaborasi berbagai pihak untuk menyelesaikannya.

"Dengan cara kolaborasi itu, mentor-mentor yang kita miliki akan di-upgrade. Bagi yang sudah di-upgrade, nantinya juga akan meng-upgrade teman-teman mereka, sehingga akan terjadi transfer of technology (TOT) di situ," tambah Semuel.

Meskipun ketersediaan mentor menjadi hal yang urgensi dalam mengembangkan start-up, belum dapat dipastikan berapa jumlah yang pas maupun komposisi antarmentor yang start-up di Indonesia.

Sementara itu, bagi salah satu start-up yang sudah sukses dan merupakan salah satu alumni dari Google Launchpad Accelerator yang rutin digelar di markasnya, yaitu eFishery.

CEO eFishey, Gibran Huzaifah, menjelaskan, bimbingan dari seorang mentor memang dibutuhkan.

Menurutnya, Gibran peran mentor global maupun mentor lokal sangat dibutuhkan dan berperan saling melengkapi satu sama lainnya.

"Kalau dilihat, mentor lokal mereka pasti mengerti bagaimana dan apa tantangan yang ada di lokal. Jadi kalau membicarakan konteks, pengguna, mereka justru bagus dan hal tersebut yang tidak dapat diberikan oleh mentor global," jelas Gibran.

Pasalnya, lanjutnya, mentor global tidak mengerti konteks lokal.

Kalau yang didapatkan dari mentor global, justru mereka bisa membawa pengalaman mereka, pengetahuan, teknologi, dan platform yang mereka pakai justru kita tidak tahu sama sekali.

Jadi saling melengkapi.

Selain kolaborasi antara mentor global dan lokal, peran mentor yang memiliki keahlian spesifik di bidangnya juga dibutuhkan.

"Mentor spesifik justru sangat dibutuhkan, kalau mentor yang terlalu umum hanya memberikan motivasi bisnis tidak terlalu oke, value terbesar yang kita dapatkan dari Google Lauchpad Accelerator waktu itu adalah kita mendapatkan mentoring dari mentor yang spesifik di bidangnya. Mentor yang lebih spesifik bisa langsung aplikatif ke start-up kita," pungkasnya.

(X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya