Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
SKIZOFRENIA merupakan gangguan mental yang mengganggu proses berpikir dan lemahnya tanggapan emosi. Hingga saat ini belum diketahui pasti penyebabnya, termasuk pengaruh genetika dan faktor lingkungan. Namun, baru-baru ini sebuah penelitian mengklaim hampir 80% faktor risiko skizofrenia disebabkan gen. Peneliti dari pusat penelitian skizofrenia neuropsikiatri di Rumah Sakit Universitas Kopenhagen melakukan sesuatu yang unik dalam penelitian tersebut. Mereka menggunakan pasien kembar sebagai objek penelitian. Dalam penelitian yang dikenal sebagai studi kembar cohort, mereka meneliti kembar identik dan kembar nonidentik.
Menurut Layanan Kesehatan Nasional (NHS), kembar identik memiliki 100% gen yang sama dan kembar nonidentik memiliki sekitar 50% gen yang sama di antara mereka. Ketika status kesehatan pasien kembar identik lebih mirip jika dibandingkan dengan kembar nonidentik, faktor gen dianggap lebih berpengaruh. Pada saat sudah memasuki tahap kasus skizofrenia, telah diketahui faktor genetik memengaruhi kedua kembar identik tersebut sekitar 41% hingga 61% dari total kasus. Sementara itu, pada pasangan kembar nonidentik, angka tersebut turun menjadi 0% hingga 28%.
Studi tersebut menganalisis data kesehatan hampir 32 ribu pasang pasien kembar yang lahir hingga tahun 2000. Beberapa di antara mereka identik, beberapa lainnya tidak identik. Para peneliti menemukan sekitar 1% di antara pasien telah terkena skizofrenia dan sekitar 2,5% pasien memiliki gangguan seperti skizofrenia. Pada kasus kembar identik, jika salah satunya menderita, yang lain pun berisiko sebesar 33%. Sementara itu, pada kasus kembar nonidentik, ketika salah satunya menderita, kemungkinan bagi kembarannya menurun sebesar 7% hingga 9%.
Tim peneliti menyatakan 73% gangguan seperti skizofrenia dan 78% kasus skizofrenia diturunkan melalui gen. Secara umum sekitar 81% skizofrenia diwariskan melalui gen. Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Biological Psychiatry tersebut pada akhirnya mengakui peran genetik pada penelitian mereka terlalu tinggi. Akan tetapi, tidak dijelaskan berapa angkanya. Selain itu, faktor lingkungan diasumsikan tidak signifikan sehingga tidak berdampak pada kasus tersebut.
Depresi dan skizofrenia
Berdasarkan penelitian pula diketahui, depresi dapat memengaruhi seseorang terserang skizofrenia atau sebaliknya, terlebih jika dia memiliki risiko skizofrenia secara genetik. Hasil penelitian itu dibuktikan tim peneliti dari The University of Edinburgh dan diterbitkan dalam jurnal Translational Psychiatry awal tahun ini. Peneliti menggunakan sampel yang disediakan Generation Scotland, sebuah organisasi kemanusiaan yang memiliki sejumlah relawan dalam mencari tahu penyebab depresi.
Lembaga tersebut memeriksa apakah seseorang memiliki gen yang menempatkan mereka pada risiko terserang skizofrenia sehingga menyebabkan seseorang mudah terserang depresi. “Hasil penelitian menunjukkan beberapa orang mengalami depresi karena memiliki faktor genetik dengan skizofrenia,” ujar Heather Walley, peneliti senior di Universitas Edinburg. Ia menambahkan, “Depresi adalah kondisi serius dan bisa melumpuhkan dan tampaknya ada kondisi berbeda ketika depresi berdasarkan risiko skizofrenia.” (Iflscience/Independent/Hnf/L-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved