Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
BEBERAPA waktu lalu kita disuguhi berita ada dua pesawat yang mengalami turbulensi ketika melintasi wilayah udara Indonesia.
Sejumlah penumpang pun mengalami cedera yang lumayan parah walau akhirnya pesawat itu bisa melanjutkan penerbangan.
Dari peristiwa tersebut, sebenarnya maskapai penerbangan tidak bisa disalahkan dengan alasan ada kelalaian.
Sejak pesawat akan take off, lampu tanda mengenakan sabuk pengaman selalu menyala.
Itu artinya, penumpang harus tetap menggunakan sabuk pengaman selama perjalanan.
Walau kemudian lampu isyarat itu padam, biasanya awak kabin akan mengumumkan agar penumpang tetap menggunakannya.
Hal itu bukan tanpa sebab. Contohnya, ketika terjadi turbulensi, penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman hampir pasti akan mengalami masalah.
Saya pernah melihat bagaimana seseorang sampai terlempar dari kursi dan kemudian jatuh menimpa kursi lain.
Bisa dibayangkan kalau dia sampai menyentuh langit-langit pesawat dan kemudian terempas ke lantai, sudah pasti akan mengalami cedera parah.
Ketidakdisiplinan penumpang bukan cerita baru.
Terlebih penumpang lokal yang merasa jadi raja karena sudah membayar tiket.
Bukan cuma enggan menggunakan sabuk pengaman, mereka kerap masih bertelepon ketika sudah di dalam pesawat.
Entah itu sebuah kebodohan atau masa bodoh, rasanya cuma beda tipis saja.
Beberapa detik ketika pesawat mendarat, ada juga penumpang yang langsung saja menyalakan telepon seluler.
Padahal, awak kabin sudah mengingatkan agar jangan menyalakan segala perangkat elektronik sampai pesawat benar-benar berhenti.
Kalau sudah terjadi musibah, apakah ketidakdisiplinan itu masih terus dipertahankan?
Anton Brahmana
Bekasi
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved