Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Sadar Sampah

Thoriq Tri Prabowo Pengelola Resource Center Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
24/10/2017 12:04
Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Sadar Sampah
(ANTARA/DIDIK SUHARTONO)

KALIMAT ‘Buanglah sampah pada tempatnya!’ tentu sudah sangat familier di telinga semua orang, bahkan instruksi tersebut terus dikampanyekan dihampir setiap kegiatan. Meskipun demikian, sayangnya poster-poster tersebut nyaris seperti tulisan semata yang tidak pernah diimplementasikan. Hal tersebut tentu sangat miris meng­ingat bahaya yang ditimbulkan apabila membuang sampah sembarangan.

Banjir merupakan salah satu bencana yang hampir bisa dikatakan rutin berkunjung apabila musim hujan tiba. Banjir sangat berkaitan dengan hujan dan siklus air. Oleh karena itu, drainase, selokan, sungai, dan tempat air mengalir lainnya haruslah bersih bebas dari sampah. Pengelolaan sampah yang baik akan menghindarkan daerah atau perkotaan kepada penyumbatan drainase yang berakhir pada banjir.

Sampah plastik merupakan sampah yang sangat sulit terurai, bahkan selama puluhan tahun. Untuk itu, kesadaran masyarakat untuk meminimalisasi penggunaan sampah plastik juga perlu ditingkatkan.

Sedia payung sebelum hujan merupakan peribahasa yang tepat untuk menggambarkan pencegahan banjir berbasis pengelolaan sampah. Namun, perilaku sebagian besar masyarakat masih membuang sampah sembarangan, padahal tempat sampah yang representatif sudah disediakan pemerintah. Ironisnya ialah ketika banjir tiba, alih-alih berintrospeksi atas kebiasaan membuang sampah sembarangan, mereka justru menya­lahkan pihak lain.

Kebiasaan buruk masyarakat tersebut tentu tidak lepas dari pengaruh lingkungan yang membentuk karakter ‘kumuh’. Tentu melawan perilaku yang tidak terpuji tersebut tidaklah gampang. Karena itu, pendidikan karakter perlu disampaikan sedini mungkin. Yaitu diawali dengan lingkup yang paling kecil, keluarga.

Pendidikan secara umum didefinisikan sebagai salah satu alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Indikator keberhasilan dari sebuah pendidikan adalah terbentuknya karakter manusia yang mampu berkontribusi untuk kepentingan masyarakat. Kontribusi yang dimaksud tentu mulai hal yang sangat kecil yaitu perilaku sederhana membuang sampah pada tempatnya, yang belakangan ini jarang kita temui.

Kebiasaan membuang sampah pada tempatnya ternyata lebih terkait dengan kecerdasan/kematang­an karakter, bukan kecerdasan akademik. Orang yang karakternya terdidik tentu menganggap poster untuk tidak membuang sampah sembarangan tersebut lebih dari poster semata. Itu instruksi yang harus dilaksanakan karena akan berdampak buruk apabila dilanggar. Berbeda dengan orang yang hanya cerdas secara akademik semata, mereka belum tentu memahami kalimat sederhana tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya orang di sekitar kita yang menyandang gelar berderet, tetapi masih malas untuk membuang sampah pada tempatnya.

Membenahi karakter masyarakat untuk sadar terhadap bahaya sampah tentu tidak bisa dilakukan dengan sekejap, bahkan bisa dikatakan memerlukan waktu berabad-abad. Pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini dari lingkung­an keluarga merupakan salah satu upaya untuk membentuk perilaku sadar sampah. Namun, yang lebih penting dari itu semua ialah sebelum berupaya mengubah karakter orang lain, kita harus membenahi karakter kita sendiri terlebih dahulu. Adanya karakter sadar sampah dari diri sendiri akan terefleksi secara otomatis pada orang lain.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya