Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Ciptakan Generasi Literat Antiplagiat

Haris Fahrudin Mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo
09/10/2017 11:06
Ciptakan Generasi Literat Antiplagiat
(Antara)

SUNGGUH memilukan! Dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng dengan ditemukannya tindakan penyelewengan akademik berupa plagiarisme yang diduga dilakukan Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), plagiarisme adalah sebuah kata benda, yang artinya penjiplakan yang melanggar hak cipta, sedangkan tindakan plagiasi disebut plagiat, yang memiliki definisi pengambilan karangan (pendapat) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat) sendiri. Lain halnya dengan Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010, plagiat ialah perbuatan secara sengaja dalam memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.

Berkaca dari pengertian tersebut, pada umumnya kalangan sivitas akademika di Indonesia tidak menyadari tentang tindakan plagiasi. Biasanya mereka tidak menyadari bahwa tindakan yang dilakukannya ialah plagiat. Secara umum, prinsip kalangan sivitas akademika menganggap jika tulisan yang sudah diberi daftar pustaka sudah dianggap cukup dan tidak plagiat.

Padahal, jika dikaji lebih dalam, menurut Sastroasmoro (2007) dalam bukunya me­nerangkan tentang empat kategori plagiarisme, di antaranya: (i) Plagiarisme ide, (ii) Plagiarisme isi, (iii) Plagiarisme tulisan, dan (iv) Plagiarisme total.

Dari keempat kategori tersebut yang paling berat sanksinya ialah plagiarisme total karena tindakan plagiarisme total sama halnya dengan menjiplak atau mencuri secara keseluruhan hasil pemikiran orang lain kemudian me-replace seolah-olah miliknya.

Maraknya kasus plagiasi yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia disebabkan beberapa hal. Salah satunya, yaitu kurangnya kesadaran para sivitas akademika kita dalam hal berliterasi (dunia baca-tulis). Budaya literasi di kalangan kaum akademisi kita masih sangat rendah. Rendahnya kesadaran literasi tersebut tentu akan berdampak pada hasil kualitas pendidikan negeri ini.

Pada hakikatnya tindakan plagiat terjadi atas dasar rasa atau sifat malas dari si pelaku plagiasi. Manusiawi sekali, sifat malas pasti ada dalam setiap individu manusia. Kadang yang menjadikannya alasan adalah dengan banyaknya tuntutan atau tugas dengan durasi waktu yang tersedia tidak seimbang sehingga para pelaku menempuh jalan pintas dengan meng-copy paste karya orang lain hanya untuk mendapat gelar tertentu.

Ciptakan generasi literat
Seiring dengan banyaknya kasus plagiasi di dunia pendidikan Indonesia, diperlukan sebuah solusi untuk mengembalikan citra pendidikan Indonesia. Salah satunya melalui jalan literasi, yakni menciptakan generasi muda yang literat. Generasi literat hakikatnya ialah generasi yang memiliki jiwa literasi. Literasi berarti pemahaman, penyadaran, dan pemaknaan. Hal ini berlaku untuk semua hal, termasuk dalam dunia pendidikan.

Dunia pendidikan Indonesia perlu generasi yang literat agar pendidikan di negeri ini bisa bangkit dari keterpurukan. Dengan kata lain, menciptakan generasi literat merupakan jembatan awal menuju bangsa yang makmur, peduli, dan kritis. Oleh sebab itu, pengenalan budaya literasi kepada ge­nerasi muda harus ditanamkan sejak dini baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Gerakan semangat membaca-menulis harus ditransformasikan ke ruang pendidikan kita. Gerakan ini mewajibkan seluruh elemen pendidikan negeri ini, bahkan jika perlu sistem pendidikan negeri ini perlu direformasi agar mampu mengembangkan kemampuan berliterasi sejak usia dini.

Itu dilakukan agar kelak generasi-generasi literat antiplagiat bisa terlahir dan bisa meneruskan perjuangan pendidikan Indonesia yang siap bersaing dengan negara lain serta akan tercipta generasi yang menjunjung tinggi etika kejujuran dalam segala lini kehidupan. Tujuannya hanya satu, yaitu menuju pendidikan Indonesia yang antiplagiasi. Jayalah pendidikan Indonesia!



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya