Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
KASUS perundungan atau kekerasan terhadap anak/remaja bukan hal baru yang terjadi di Indonesia, dari tahun ke tahun selalu ada kasus kekerasan remaja/anak dalam berbagai macam bentuk. Mulai penggemblengan sewaktu orientasi siswa baru hingga ke ajang tawuran. Sekarang yang sedang hangat terjadi, yaitu kasus gladiator di Bogor. Gladiator ini mempertontonkan layaknya gladiator di masa Romawi dulu, yakni dua orang diadu dan ditonton banyak orang.
Peristiwa ini saya percaya tidak hanya terjadi di Bogor, tetapi juga di seluruh Indonesia. Umur mereka yang baru beranjak dewasa apalagi umur SMA secara natural setiap individu terutama lelaki ingin dilihat sebagai jagoan atau ingin terlihat kuat teman–temannya. Apalagi, kalau orang tersebut berafiliasi dengan kelompok tertentu. Keinginan untuk diakui sesama dan seniornya membuatnya melakukan kegiatan sok jagoan tersebut.
Padahal, seseorang yang ahli dalam bela diri sekali pun tak berani untuk melakukan perkelahian jalanan karena sangat berbahaya bagi dirinya dan lawannya. Tentu ini masalah pelik dalam pendidikan kita yang dari dulu persoalan tentang bully, kekerasan senior ke junior, tawuran belum mampu untuk diredam.
Anak seusia mereka harus diberikan penyaluran emosi yang positif karena umur mereka masih ingin mendapat pengakuan dan mencoba–coba. Kalau sekadar penyaluran dalam bentuk olahraga terkadang penontonnya pun suka terpancing dan berujung tawuran juga.
Alangkah baiknya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membuat suatu terobosan baru untuk SMP dan SMA dibantu kepala daerah masing–masing membuat kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan itu bisa menghimpun setiap SMA/SMP untuk ikut dalam kegiatan outbond/team building yang diawasi TNI/kepolisian agar nantinya tidak ada lagi yang menganggap sekolah mereka paling hebat atau kuat.
Kegiatan itu juga sakaligus membangun relasi antarsiswa dan mewajibkan sekolah–sekolah tersebut untuk membuat acara bersama agar solidaritas siswa antarsekolah tercipta. Kegiatan positif lainnya yang bisa digelar, misalnya gotong royong membersihkan lingkungan sekitar SMA mereka. Hal itu tentunya tidak saja bermanfaat bagi sekolah, tetapi juga masyarakat sekitar.
Sementara itu, bagi siswa yang terlibat tindakan kekerasan sebaiknya tidak diberikan sanksi seperti dikeluarkan atau diskors. Pasalnya, tidak semua anak dapat menerima, terkadang ada anak yang stres karena dikeluarkan sekolah sehingga mereka malah berpaling ke narkoba. Pengelolaan inilah yang seharusnya dipikirkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menghadapi siswa–siswa agar tidak ada lagi gladiator serta kekerasan lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved