Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
SAAT berkunjung ke Manila, Anda jangan kaget bila langsung menemui padatnya lalu lintas. Murahnya harga mobil membuat kendaraan roda empat mendominasi jalanan ibu kota Filipina itu. Manila bukannya tak memiliki moda transportasi umum untuk membelah kepadatan jalan khas kota metropolitan itu. Dari transportasi kereta (MRT/LRT), jeepney, hingga sepeda motor roda tiga layaknya becak motor (bentor) di Medan ada di sana.
Jika Anda mencicipi LRT/MRT Manila, jangan berharap membayangkan fasilitas yang sama seperti di Singapura. LRT di Manila sudah beroperasi sejak 1986 dengan hanya dua jalur rel sepanjang 33 km. LRT juga terintegrasi dengan MRT yang hanya memiliki satu jalur rel, menghubungkan North Avenue hingga Taft Avenue yang berjarak 16 km. Fasilitas kereta MRT Manila pun cenderung sudah uzur dan tampak sudah lama tidak diperbarui.
Penyejuk udara di dalam MRT pun tidak terlalu terasa, malah terbilang panas di tengah padatnya pengguna. Selain itu, setiap rangkaian tidak mampu menampung banyak penumpang. Meski demikian, ada satu hal yang patut dicontoh, yakni kedisiplinan penumpang MRT di Manila. Layaknya di kota maju, penumpang yang akan turun harus didahulukan. Tanda untuk mengantre pun tergambar jelas di setiap peron. Penumpang di sana pun mematuhinya.
Kurangnya jangkauan MRT dapat diantisipasi dengan jeepney, sebuah moda transportasi primadona semacam angkutan kota (angkot) di Jakarta, tetapi memiliki penampilan yang lebih garang. Sejarahnya, jeepney merupakan kendaraan perang pada Perang Dunia (PD) II yang ditinggalkan Amerika Serikat. Kendaraan tersebut kemudian dimodifikasi dengan berbagai warna yang menarik serta dapat menampung 20 orang sekaligus.
Bedanya lagi, Anda harus membayar terlebih dahulu sebelum naik, bukan sebaliknya. Tarifnya pun murah, hanya sekitar 7-15 peso atau Rp2.000-Rp5.000 saja. Jika naik jeepney, Anda harus bersiap-siap terpapar polusi udara karena mayoritas kendaraan itu berjendela terbuka. Terakhir ialah sepeda motor roda tiga atau di Indonesia dikenal sebagai bentor. Transportasi tersebut tidak jauh berbeda dengan yang ada di Medan dengan tarif yang bisa ditawar. Namun, Anda tidak akan menemuinya di pusat Kota Manila atau Makati City. Kendaraan itu lebih banyak beroperasi di pinggiran kota, seperti di daerah Quezon City. (R-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved