Memisahkan Politik dan Sepak Bola

SETELAH Donald Trump terpilih sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat, muncul kekhawatiran akan adanya sentimen negatif terhadap imigran asal Meksiko. Hal tersebut pun menjadi fokus saat AS menjamu Meksiko dalam laga perdana putaran kelima Kualifikasi Piala Dunia 2018 kontra Meksiko di Mapfre Stadium, Columbus, Ohio, Sabtu (12/11). Meskipun demikian, para punggawa tuan rumah berharap para suporter cukup dewasa untuk memisahkan politik dan sepak bola.

"Saya harap setiap orang yang datang ke stadion menikmati pertandingan indah di antara dua tim yang saling menghargai," ujar kapten timnas AS, Michael Bradley. Hal senada diungkapkan kiper the Yanks, Tim Howard. "Meksiko akan mencoba mengalahkan kami, begitu pula sebaliknya. Namun, ini sepak bola, sama sekali tak ada hubungannya dengan politik," tandasnya.

Di atas kertas, tuan rumah lebih diunggulkan karena Meksiko telah menelan empat kekalahan di Ohio. Juru taktik tim 'Negeri Paman Sam', Juergen Klinsmann bertekad untuk melanjutkan tradisi itu. "Pastinya, pertemuan dengan Meksiko merupakan langkah awal untuk memulai pertandingan dengan lima tim lainnya di CONCACAF. Kami sangat ingin melanjutkan tradisi mengalahkan mereka di Columbus," ujarnya.

Ambisi Klinsmann tersebut bukanlah tidak berdasar. Hasil positif yang mereka torehkan di babak keempat kualifikasi lalu, yakni dengan memenangi empat dari total enam pertandingan, sehingga merajai puncak klasemen sementara Grup C dengan mengoleksi 13 poin.

Namun, Meksiko bukanlah musuh yang bisa diremehkan. El Tri menunjukkan kekuatan yang menakutkan selama ronde keempat dengan nyaris meraih hasil sempurna, yaitu lima kemenangan dan sekali imbang, sehingga skuat asuhan Juan Osorio tersebut berada di posisi puncak klasemen sementara Grup A dengan 16 poin.