Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
MENPORA Imam Nahrawi didesak untuk segera mengambil langkah cepat dengan mengirimkan surat kepada FIFA agar diperbolehkan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI seiring dengan kaburnya Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti ke Malaysia sejak 17 Maret silam.
La Nyalla kini terjerat oleh kasus dugaan korupsi dana hibah saat menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim pada 2012 senilai Rp5,3 miliar. La Nyalla mangkir tiga kali dari panggilan Kejaksaan Tinggi Jatim dan dikabarkan sudah meninggalkan Tanah Air.
"Terkait La Nyalla yang saat ini ternyata sudah di Malaysia, untuk menyelesaikan kemelut PSSI yang dibayangi ancaman sanksi FIFA, pemerintah harus bertindak cepat. Menpora harus cepat berkirim surat kepada FIFA, intinya agar diperbolehkan menggelar kongres luar biasa (KLB )," saran mantan anggota Komite Nasional Penyelamat PSSI FX Hadi Rudyatmo di Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (29/3).
Menurut Rudy, sapaan akrab Wali Kota Surakarta itu, tidak akan ada kesempatan kedua untuk menyelamatkan sepak bola nasional. Itu dapat terjadi jika batas waktu yang diberikan FIFA terlampaui dan KLB belum digelar karena sikap ngotot La Nyalla menolak mundur dari PSSI.
Selain itu, anggota PSSI pemilik hak suara berlama-lama serta tidak ingin menggelar KLB.
"Karena itu, sekali lagi, demi masa depan sepak bola nasional yang bisa berputar normal dan bisa mengikuti agenda FIFA di dunia internasional, pemerintah harus bergerak cepat. Menpora harus berkoordinasi dengan tim ad hoc pimpinan Pak Agum (Gumelar). Tidak ada waktu untuk menunda-nunda lagi," katanya.
Komite eksekutif dan para pemilik suara di PSSI juga mesti menyatukan pendapat, KLB harus digelar dalam waktu dekat, paling lambat akhir April. "Ingat vonis sanksi FIFA diketuk pada Mei nanti," tandas Rudy. (WJ/R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved