Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Bara Datang tanpa Target, Pulang Membawa Trofi

Beo/R-2
09/12/2018 23:00
Bara Datang tanpa Target, Pulang Membawa Trofi
(ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

SEBAGIAN dari peserta Bali International Football Championship (IFC) U-15 2018 mengaku ikut berkompetisi tanpa berharap gelar juara. Mereka mengatakan lebih penting mencari pengalaman ketimbang menyandang predikat sebagai nomor satu di kejuaraan yang diprakarsai Kementerian Pemuda dan Olahraga itu.

Menurut kepala pelatih Hubei, wakil Tiongkok, Hong Yang Xiang, para pemainnya sejak awal ditekankan untuk bisa menguasai bola di setiap pertandingan. “Saya meminta para pemain untuk terus mengoper bola. Intinya siapa yang mengontrol bola dia menguasai pertandingan,” kata Yang Xiang kepada Media Indonesia di Bali, kemarin.

Yang Xiang menambahkan, pola seperti itulah yang dilakukan di negaranya dalam hal pembinaan pemain muda. Hasilnya akan terlihat ketika pemain sudah di usia senior. “Di Bali IFC, kami tidak bisa mengejar pemain Indonesia yang cepat larinya. Ada beberapa yang setara dengan kami, tapi tidak banyak,” sambung dia.

Pelatih Western Football, klub wakil Australia, Bradley Hassell, juga lebih memilih mencari pengalaman melalui Bali IFC. Dia pun mengaku senang Western Football bisa diundang. “Kami berharap bisa diundang lagi pada turnamen ini tahun depan,” kata Hassell.

Firman Utina, pelatih Timnas Pelajar, satu dari tiga wakil Indonesia di Bali IFC, mengatakan memang banyak peserta yang hanya mencoba untuk mematangkan para pemain mereka. Firman mengaku pernah berbicara soal itu dengan pelatih Progresso Sano, klub asal Jepang.

Dari apa yang didengar Firman, para pemain Jepang diminta untuk menjaga kekompakan selama bermain. Sama seperti yang diinstruksikan Yang Xiang kepada pemain Hubei, strategi bermain di lapangan lebih diutamakan agar bola tidak sampai ke kaki musuh.

“Pemain Jepang tidak diminta untuk main bola atas. Selalu bola digiring di permukaan lapangan. Selain itu, peman usia dini Jepang selalu diarahkan untuk memahami filosofi tim nasionalnya.”

“Misalnya tim nasional Jepang pakai formasi 4-3-3, sejak kecil semua tim junior diminta untuk menerapkan formasi seperti itu,” kata Firman. (Beo/R-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik