Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Brasil dan Jerman, Harapan Suporter Dadakan

Irvan Sihombing Wartawan Media Indonesia
23/6/2018 04:20
Brasil dan Jerman, Harapan Suporter Dadakan
(MI/Adam Dwi)

ISTRI saya bukanlah penggemar sepak bola. Ia tergolong awam dan sangat jarang menyaksikan pertandingan-pertandingan yang kerap tayang di televisi, seperti Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Italia, ataupun Liga Champions Eropa.

Akan tetapi, ia tidak segan-segan mengorbankan waktu menyaksikan lewat layar kaca manakala Piala Dunia tiba. “Saya dukung Jerman dan Brasil,” ucapnya. Saya beruntung. Kami tidak perlu berebut remote televisi yang lazim terjadi bila ada salah satu dari pasangan yang bukan penggemar olahraga si kulit bundar.

Ia mendukung Jerman karena tim ‘Panser’ bertabur pemain bintang dan datang ke Rusia dengan predikat juara bertahan serta ayahnya, mertua saya, kebetulan dahulu penonton setia Bayern Muenchen. Brasil dijagokan karena nama besar ‘Verde-Amarela’ sebagai langganan Piala Dunia sekaligus tim yang paling banyak mengangkat trofi.

Kalau harus memilih, Jerman menjadi jagoan nomor dua dan Brasil yang pertama. Kedua tim sama-sama hebat. Namun, karena Brasil merupakan negara yang secara ekonomi relatif lebih lemah, biarlah mereka jadi juara. “Supaya gelar itu bisa memberikan kebahagiaan buat masyarakat di sana,” kata dia.

Brasil berada di urutan kelima daftar negara dengan jurang yang amat dalam antara si kaya dan si miskin. Laporan Global Wealth Report 2016 menyebutkan, 47,9% kekayaan di negara itu dimiliki 1% kelompok orang paling kaya. Jumlah pengangguran pada 2016 mencapai 11,9% dari total penduduk.

Sebaliknya, Jerman merupakan ekonomi nasional terbesar di Uni Eropa dan terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang. Walaupun menyimpan sejumlah masalah, Jerman masih menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Eropa karena tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik dan rendahnya angka pengangguran.

Namun, debut Brasil dan Jerman di Piala Dunia 2018 jauh dari ekspektasi. Jerman kalah 0-1 saat melawan Meksiko di Grup F. Tim yang saat ini bertengger di urutan pertama FIFA itu kocar-kacir melawan permainan supercepat Los Tricolores. Padahal, Meksiko berada di peringkat ke-15 FIFA.

Kekhawatiran pun mulai membayangi. Bagaimana seandainya Jerman hancur lebur di ajang empat tahunan tersebut? Pada 1998, Prancis menjadi juara dunia. Pada 2002, Prancis tereleminasi di babak grup.

Dua tim lain yang mengikuti jejak Prancis ialah Italia dan Spanyol. Italia memenangi Piala Dunia 2006, tapi gagal melaju babak 16 besar Piala Dunia 2010. Pun Spanyol yang menyabet trofi pada 2010 tersingkir di penyisihan grup 2014.

Harapan tersisa pada Brasil yang menghuni Grup E. Sialnya, pada laga perdana, Neymar dan kawan-kawan kurang moncer dan harus puas berbagi poin dengan Swiss.
Hasil yang ditorehkan Jerman dan Brasil membuktikan bola itu bundar dan tidak ada jaminan bahwa tim favorit bakal menang mudah. Harapannya, semoga peluang tetap terbuka buat kedua negara tersebut. Paling tidak, kemenangan Brasil dan Jerman bisa memberikan kegembiraan serempak di tengah hingar-bingarnya suasana politik Indonesia yang didominasi ‘kecebong’ dan ‘kampret’.

Lalu bagaimana kalau Brasil dan Jerman tidak kunjung menang juga? Ya, tidak apa-apa. Masih ada harapan lain suatu saat tim Indonesia bisa lolos Piala Dunia. “Kita doakan saja,” kata dia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya