Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
DUA dekade lalu, Kroasia tengah jadi sorotan penggila sepak bola di seluruh dunia. Negara pecahan Yugoslavia itu secara mengejutkan berhasil lolos ke semifinal Piala Dunia 1998 Prancis.
Padahal, itu debut Kroasia selepas menjadi negara yang berdiri sendiri. Sayangnya, Kroasia kalah 1-2 dari tuan rumah. Namun, Davor Suker dan kawan-kawan tetap bisa mengobati kekecewaan publik Kroasia dengan kemenangan 2-1 dari Belanda dalam laga perebutan tempat ketiga.
Prestasi sensasional pada 1998 Prancis menjadi modal tim berjuluk the Blazers tersebut setiap tampil di putaran final Piala Dunia. Namun, sejak Piala Dunia 2002 hingga 2014, kecuali 2010 karena tidak lolos, Kroasia tidak lagi bisa menunjukkan taji dan selalu gagal lolos dari penyisihan grup.
Kini di Rusia ambisi tinggi kembali diusung Kroasia. Dengan bergabung di Grup D bersama Argentina, Islandia, dan Nigeria, Kroasia punya peluang besar merebut tiket babak 16 besar.
Langkah Kroasia seharusnya tidak akan terlalu sulit lolos ke fase gugur. Dengan pengalaman dan kualitas pemain yang dimiliki, tim besutan pelatih Zlatko Dalic harusnya bisa dengan mudah lolos setidaknya menjadi runner-up mendampingi Argentina yang diprediksi menjadi juara grup.
Namun, Dalic tidak mau menganggap Islandia dan Nigeria sebagai musuh yang mudah dikalahkan. Tentang Islandia, Kroasia pernah tumbang di kualifikasi zona Eropa.
"Kami tahu dengan baik soal Islandia, sementara Nigeria ialah pemain muda yang punya potensi dan timnasnya diisi pemain-pemain berbakat. Argentina jadi negara yang difavoritkan untuk menjadi juara," ungkap Dalic.
Menurutnya, pertandingan pertama melawan Nigeria akan sangat menentukan langkah ke babak selanjutnya. Kemenangan atas Nigeria akan menjadi modal besar menghadapi Argentina di laga kedua dan Islandia di laga terakhir.
Kolektivitas tim
Setelah era Suker dan Robert Prosinecki serta Zvonimir Boban yang menggila di Prancis 1998, mungkin saat ini Kroasia kembali memiliki tim terbaik. Kombinasi pemain berpengalaman, seperti Luca Modric (Real Madrid), Ivan Rakitic (Barcelona), ataupun Mario Mandzukic (Juventus) dengan pemain muda, semisal Mateo Kovacic (Real Madrid) dan Marcelo Brozovic (Inter Milan) menjadi modal Krosia untuk bisa berbicara banyak di Rusia.
Dalic menegaskan tidak akan mengandalkan seorang bintang dalam tim asuhannya. Ia tidak ingin menggantungkan harapan hanya kepada satu atau dua pemain karena hal itu justru akan melemahkan kekuatan tim.
"Kami punya banyak pemain hebat yang bermain di klub-klub besar di Eropa. Ada Modric, Mandzukic, Rakitic, dan yang lain. Namun, saya tidak hanya akan bertumpu kepada mereka. Kolektivitas tim menjadi yang utama," tegasnya.
Memang, kolektivitas tim menjadi modal besar Kroasia untuk bisa berbuat banyak di Rusia. Di Prancis 20 tahun silam, Miroslav Blazevic yang menjadi pelatih Kroasia membuktikan hal tersebut.
Blazevic mampu meramu kekuatan yang dimiliki Suker, Prosinecki, Boban, dan pemain lain Kroasia menjadi sebuah kekuatan yang menakutkan lawan. Saat itu hanya nasib kurang beruntung yang menggagalkan Kroasia mengangkat trofi juara.
"Sukses di Piala Dunia 1998 membuat dunia menjadi akrab dengan kostum kotak-kotak merah-putih kami. Dunia telah tahu bahwa ada gudang pemain sepak bola di Kroasia. Itu semua memberi kami nama besar dan kepercayaan diri yang tinggi untuk menghadapi Piala Dunia," tegas Dalic.
(FIFA/R-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved