Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
PERMAINAN sangat bertahan dengan menumpuk banyak pemain di garis pertahanan sembari mencari celah melakukan serangan balik menjadi keahlian tersendiri bagi manajer Manchester United Jose Mourinho. Pertandingan leg pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa di kandang Sevilla kemarin menjadi contoh.
Tim yang bermarkas Old Trafford itu berhasil menahan Sevilla dengan skor 0-0. Hasil itu cukup positif bagi MU untuk menjamu wakil Spanyol ini di laga kedua pada pertengahan Maret. Namun, di sisi lain, permainan Nemanja Matic dkk banyak dicibir karena tidak enak dipandang mata.
“Bahkan, mereka tidak melakukan operan bola dengan benar,” kritik pengamat sepak bola, Ian Wright. ‘Setan Merah’ memang sama sekali tidak terlihat menakutkan di Ramon Sanchez Pizjuan. Padahal, mereka berstatus tim unggulan dengan deretan pemain mahal.
Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez yang ditebus dengan harga selangit lebih banyak menganggur. Tercatat sekali saja kiper Sevilla Sergio Rico dibuat berjibaku oleh usaha keduanya. Selebihnya area kotak 16 meter tim asal Andalusia itu jarang terancam. Juan Mata yang diberi tugas sebagai kreator serangan juga lebih banyak terpaku. Walhasil, permainan United sangatlah membosankan.
Sebaliknya Luis Muriel dkk sangat rajin menggempur pertahanan Manchester United. Dari 25 kali percobaan mencetak gol, 8 di antaranya mengarah langsung ke gawang. Sialnya tidak ada satu pun usaha tersebut yang berbuah hasil. Ini terjadi karena penampilan luar biasa kiper David de Gea. Bukan sekali dua kali gawang ‘Setan Merah’ terancam. Penyelamatan terbaik dilakukan el Portero 27 tahun ini terjadi di akhir babak pertama. Sundulan Muriel yang langsung menuju gawang berhasil ditepis De Gea dengan satu tangannya.
Kondisi babak kedua tidak lebih baik bagi Manchester United. Dua bek tengah United Chris Smalling dan Victor Lindelof terus terjaga agar mereka tidak kebobolan. Namun, buruknya pemanfaatan peluang dari tim tuan rumah tidak membuat skor 0-0 berubah hingga akhir.
“Hanya satu momen saya merasa beruntung yang mana kami melakukan kesalahan dan De Gea melakukan penyelamatan untuk itu. Hasil merefleksikan pertandingan. Buat saya hasil ini tidak buruk, tapi juga tidak baik pula,” kata Mou.
Modal tipis
Di laga lain, wakil Italia AS Roma hanya punya modal tipis untuk leg kedua babak perdelapan final Liga Champions Eropa, kemarin. Dalam kunjungan mereka ke kandang Shakhtar Donetsk di Mentalist Oblast, Il Lupi--julukan Roma--harus mengakui keunggulan tuan rumah 1-2.
Itu berarti di Olimpico, Roma minimal harus menang 1-0 untuk lolos ke babak selanjutnya. Roma sejatinya lebih garang dan lebih atraktif di babak pertama. Keunggulan di menit ke-41 oleh gelandang muda Cengiz Under menjadi penandanya.
Akan tetapi, di babak kedua cerita berubah drastis. Shakhtar berganti tampil jemawa dengan membalas keunggulan Roma lewat dua gol. Gol penyama kedudukan dicetak Facundo Ferreyra dan setelahnya tendangan bebas Fred di menit 71 merobek gawang Allison. (Bbc/footballitalia/R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved