Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Kegeniusan sang Profesor di Saat Genting

(Bbc/Goal/Sat/R-3)
25/1/2018 23:45
Kegeniusan sang Profesor di Saat Genting
(AFP PHOTO / Glyn KIRK)

ARSITEK Arsenal Arsene Wenger kembali menunjukkan kepiawaiannya dalam mengatasi situasi di saat-saat genting. Kritik tajam setelah the Gunners tersingkir di langkah awal Piala FA pada awal tahun ini bisa dibayar lunas ‘sang Profesor’ dengan memastikan tiket final Piala Liga Inggris. Kesukesan itu didapat seusai mengalahkan tim asal London lainnya, Chelsea, 2-1, kemarin dini hari. Berkat kemenangan itu, tim ‘Meriam London’ pun berhak atas tiket ke Wembley untuk melawan Manchester City pada akhir Februari mendatang.
Di sisi lain, Antonio Conte melakukan sedikit blunder dengan menempatkan Eden Hazard sebagai false nine. Awalnya memang berbuah manis karena gelandang asal Belgia tersebut mencetak gol cepat di menit ke-7.

Namun, setelah gol pertama, alur serangan the Blues berjalan monoton. Sebaliknya, Arsenal gencar membalas ketertinggalan. Gol bunuh diri Antonio Rudiger, 5 menit setelah gol Hazard, dan dianulirnya gol Pedro Rodriguez menjadi awal kesialan Chelsea.
Di babak kedua Wenger membuat perubahan dengan menempatkan Mohamed Elneny lebih ke dalam untuk meningkatkan penguasaan bola. Hasilnya, gol kemenangan akhirnya menjadi milik Arsenal setelah Granit Xhaka mencetak gol tepat saat pertandingan berjalan 1 jam.\

“Di babak pertama kami terlalu khawatir kepada Chelsea. Kami tidak bermain di posisi yang benar, tapi di babak kedua kami mengambil kontrol. Kami bermain jauh lebih baik di babak kedua,” ujar Wenger seusai pertandingan.
Kegagalan Chelsea itu membuat pesan pemecatan berbalik arah ke Conte. Dorongan pemecatan mantan pelatih timnas Italia itu pun menguat di media sosial. Conte dianggap gagal mengangkat prestasi tim yang dimiliki taipan Rusia Roman Abramovic di musim ini. Keputusan keliru menendang keluar penyerang Diego Costa menjadi dosa yang banyak diperbincangkan para pengkritiknya.

Banyak pihak pesimistis Conte mampu melebihi atau menyamai pencapaian musim lalu. Conte secara terpisah menanggapi kegagalannya kali ini sebagai sebuah risiko. Di kompetisi terpanas dunia dengan empat kompetisi berbeda ini, Conte mau tidak mau mesti merotasi pemain. (Bbc/Goal/Sat/R-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya