Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
REGENERASI mulus yang dialami tim nasional Jerman membuat karier Joachim Loew semakin mentereng.
Kemarin, wajah-wajah hijau itu menepis segala keraguan dengan mempersembahkan trofi Piala Konfederasi perdana bagi Der Panzer di Stadion Krestovskyi, Rusia, berkat gol tunggal Lars Stindl di menit ke-20 dalam partai final melawan Cile.
Kesuksesan itu mengindikasikan Loew tinggal membawa Jerman juara di Euro guna menyempurnakan pencapaian pribadinya sebagai pelatih kaliber dunia.
Sejauh ini, arsitek berusia 57 tahun itu telah melalui tiga edisi Piala Eropa bersama Die Mannschaft dengan pencapaian terbaik menjadi runner-up pada 2008, sisanya hanya sampai peringkat ketiga pada dua episode terakhir, yakni 2012 dan 2016.
Terlepas dari itu, menjuarai Piala Konfederasi menjadi bukti berkualitasnya skuat 'Panser'.
Loew menyisihkan sementara pemain kelas satu yang mempersembahkan gelar Piala Dunia 2014 seperti Toni Kroos, Manuel Neuer, dan Thomas Mueller.
"Kami menunjukkan penampilan luar biasa selama tiga pekan dan hari ini berjuang untuk tiap jengkal. Pemain luar biasa, saya sangat bangga," ujar Loew seusai laga.
Bukan hanya trofi juara, Jerman juga membawa pulang tiga penghargaan lepas.
Julian Draxler berhak atas Bola Emas alias pemain terbaik turnamen, Timo Werner menerima Sepatu Emas atas 3 gol dan 2 assist, serta titel tim fairplay.
Satu-satunya gelar lepas yang tak berhasil mereka sabet ialah Kiper Terbaik yang disandang Claudio Bravo (Cile).
Meskipun Jerman tidak membawa pulang Sarung Tangan Emas, penampilan kiper Marc-Andre ter Stegen di final pantas mendapatkan pujian.
Ia menggagalkan setidaknya delapan tendangan tepat sasaran yang dikreasikan La Roja--julukan Cile.
Cile yang turun dengan tim yang lebih berpengalaman sebenarnya menguasai segala aspek pertandingan, dari penguasaan bola hingga agresivitas serangan.
Hanya, kesalahan kecil Marcelo Diaz memainkan bola di daerah rawan harus mereka bayar mahal.
Bola tercuri oleh Timo Werner sebelum mengirim umpan matang kepada Stindl yang akhirnya merobek gawang Bravo.
"Pada Piala Konfederasi, kami sempat diremehkan. Kami bertarung dengan sangat baik dan pantas menang. Kami tidak pernah bermain dengan susunan tim seperti ini, makanya kemenangan kali ini terasa spesial," ujar Draxler.
Masih berkembang
Kekalahan tipis itu menyisakan luka mendalam bagi punggawa Cile dengan Arturo Vidal dkk terlihat menangis seusai peluit panjang.
Pelatih timnas Cile Juan Antonio Pizzi mengajak timnya melupakan kekalahan itu dan terus berkembang di masa mendatang.
Sejak ditangani Marcelo Bielsa, Claudio Borghi, Jorge Sampaoli, hingga kini Pizzi, rival Argentina itu semakin menunjukkan pamor sebagai salah satu tim terbaik di dunia saat ini.
Menjuarai dua edisi terakhir Copa America terakhir dengan memecundangi juara dunia seperti Brasil dan Argentina serta tampil mengesankan di Piala dunia 2010 dan 2014 menjadi bukti sahih bahwa Cile bukanlah tim yang bisa diremehkan di Piala Dunia tahun depan.
"Saya pikir kami akan membawa trofi, tapi sayangnya tidak. Meski demikian, perkembangan kami terlihat secara keseluruhan, berarti kami benar-benar berada di jalur yang benar," kata Pizzi.
(AFP/ESPN/Goal/R-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved