Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Puncak Islamisasi Jawa dalam Upacara Sekaten

(Ata/H-1)
16/4/2023 05:30
Puncak Islamisasi Jawa dalam Upacara Sekaten
(Ribuan masyarakat berebut gunungan dalam upacara ritual sekaten, menyambut maulud Nabi Muhammad SAW /Dok.MI)

DALAM kalender masyarakat Jawa, bulan maulud/Rabiul Awal merupakan yang sangat penting. Pada bulan ini masyarakat memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan menyelenggarakan tradisi sekaten.

Dalam buku Jejak Islam di Nusantara yang ditulis oleh Endar Wismulyani, tradisi yang berasal dari kata syahadatain itu berarti pengakuan percaya kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul-Nya.

Upacara itu diperkenalkan pada masa Raden Patah memerintah Demak pada abad XVI dan menandakan puncak islamisasi di Jawa. Perayaan tersebut kemudian diteruskan sultan-sultan penggantinya, terutama ketika berdirinya Kerajaan Islam Mataram.

Puncak acara dari perayaan sekaten ialah keluarnya sepasang gunungan dari Masjid Agung seusai didoakan ulama keraton. "Banyak orang yang percaya bahwa siapa pun yang mendapatkan gunungan tersebut, biar pun sedikit, akan dikaruniai kebahagiaan dan kemakmuran," ujar Endar.

Beberapa hari menjelang dibukanya sekaten diadakan pesta rakyat yang berlangsung selama dua minggu. Di Yogyakarta dan Surakarta, sekaten diikuti oleh penyucian gamelan dan senjata-senjata milik keraton serta pembagian berkah berupa gunungan.

Upacara sekaten pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Islam menjadi perlambang kekuatan kerajaan setempat.

Sebelumnya, pada masa-masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, salah seorang dari wali sanga, yaitu Sunan Kalijaga, mempergunakan instrumen musik Jawa gamelan sebagai sarana untuk memikat masyarakat luas agar datang untuk menikmati pergelaran kawitannya.

"Untuk tujuan itu dipergunakan dua perangkat gamelan yang memiliki laras suaran yang merdu, yaitu Kiai Nogowilogi dan Kiai Gunturmadu," ucapnya.

Di sela-sela pagelaran, kemudian dilakukan khotbah dan pembacaan ayat suci Al-Qur'an. Bagi mereka yang bertekad memeluk agama Islam, diwajibkan mengucapkan kalimat syahadat sebagai pernyataan taat pada ajaran agama Islam.

"Pada umumnya, masayrakat Yogyakaarta dan sekitarnya berkeyakinan bahwa dengan turut berpartisipasi merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ini yang bersangkutan akan mendapatkan imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa dan dianugerahi awet muda," terangnya. (Ata/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah