PUASA Ramadan bukan sekadar puasa, ada yang istimewa, ada yang berbeda dan tentunya tidak sama dengan puasa-puasa lainnya yang dijalani.
"Puasa Ramadan tentunya disebut dengan as-syam, diksi yang dipilih langsung dan ditetapkan Allah dalam firman-Nya di Surah kedua Al-Baqarah ayat 183," ucap Ustaz Adi Hidayat dilansir dari laman Youtube-nya, Sabtu (25/3).
Kata as-syam secara makna ada perbedaan spesifik dengan shaum.
"Bila disebutkan shaum, maknanya merujuk kepada makna yang sangat umum dalam pengertian menahan al-imsak, apa pun yang ditahan itulah shaum, disebutkan di Surah Maryam ayat 26," ujar Ustaz Adi.
"Allah SWT mengajarkan sekaligus memerintahkan kepada Sayyidah Maryam untuk melakukan shaum, dalam konteks ini tidak bicara pada seorang pun di masa itu," tambahnya.
Pada masa itu, Maryam hanya diperintahkan untuk tidak berbicara, tetapi Maryam diperbolehkan untuk makan dan minum atas shaum yang dilakukannya itu.
"Namun, ketika katanya berubah menjadi as-syam dan maknanya tentu akan berubah dari yang umum menjadi yang spesifik, yang terprogram, punya ketentuan, punya aturan, yang tidak sama dengan pilihan-pilihan secara general," tegas dia.
Memulai shaum diniatkan dengan cara yang baik, kemudian diarahkan kepada as-syam agar konteksnya terprogram dengan baik, dimulai dari fajar sampai dengan berbuka, sampai di waktu Magrib, waktu untuk berbuka.
"Ketika disebutkan as-syam waktunya teratur, kapan dimulai kapan diakhiri, programnya diatur, sehingga program ini ada capaian yang teratur tujuan pokoknya," jelasnya.
Ketaatan
Puasa Ramadan menjadi alat untuk memperkuat hubungan kita dengan Sang Pencipta dan membantu kita untuk lebih dekat dengan-Nya. "Jadi, kalau kita dalam kondisi menunaikan ibadah bukan karena iman, dipertanyakan, karena panggilan puasa pun karena panggilan iman. Di sinilah sejatinya kita ingin membuktikan kepada Allah bahwa kita memang berpuasa untuk menaati Allah, menghamba kepada Allah," paparnya.
Ustaz Adi menerangkan iman bisa dibuktikan dengan ketaatan, salah satunya dengan cara menunaikan ibadah puasa dan menjaga pandangan mata selama berpuasa. "Pandangan ini nanti akan menjadi perbedaan, dia akan dibimbing imannya sehingga dia hanya memandang apa yang ditaati dirinya sesuai dengan petunjuk Allah SWT," terang dia.
Puasa Ramadan juga menjadi bukti nyata bahwa setiap aktivitas yang dilakukan selama bulan ini dilakukan semata-mata untuk menghamba kepada Allah. “Ada yang orang berpuasa karena motif dunia, sesuai dengan apa yang diniatkan itu yang ia dapatkan,” ungkapnya. Standar amalan pertama Ramadan karena keimanan kepada Allah, tidak karena orientasi manusia.
"Siapa pun ia yang menunaikan puasa khusus di bulan Ramadan bukan yang lain penting untuk kita mengetahui dengan baik supaya hari-hari puasa berikutnya bisa kita lengkapi sehingga Allah tidak sia-sia memberikan kesempatan dalam rangkaian puasa di bulan Ramadan ini," tuturnya.