Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Lailatulkadar Budi Mulia Setiawan

Budi Mulia
03/7/2016 03:00
Lailatulkadar Budi Mulia Setiawan
(MI/Sumaryanto Bronto)

TIDAK terasa, 10 hari terakhir Ramadan telah tiba. Orang-orang pun berbondong-bondong mendatangi masjid untuk berburu malam Lailaitulkadar dengan beriktikaf sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah biasa beriktikaf selama 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.

Pemandangan tersebut terlihat di beberapa masjid di Bandung, salah satunya Masjid Raya Habiburrahman PT Dirgantara Indonesia. Sebagai tempat pelaksanaan iktikaf, masjid itu penuh sesak dengan jemaah, dari kalangan lanjut usia, dewasa, hingga remaja. Bahkan, bayi dan balita pun turut meramaikan suasana.

Yang unik, di masjid yang dibangun mantan Menristek yang juga Presiden ke-3 RI BJ Habibie itu ialah banyaknya tenda yang berderet di sepanjang halaman dan pelataran luarnya. Di tenda-tenda itulah berdiam mereka yang mengkhususkan diri datang untuk beriktikaf di masjid tersebut.

“Sudah hari keempat saya beriktikaf di sini. Saya datang kemari membawa istri dan dua anak saya,” ujar Syarif, 38, warga Sukabumi, Jawa Barat, yang sengaja datang untuk mendapatkan malam kemuliaan di masjid tersebut.

Menurutnya, iktikaf kali ini ialah yang ketiga kalinya di setiap Ramadan. Khusus kali ini, ia datang membawa seluruh keluarganya.
“Iktikaf di masjid ini membuat saya merasa lebih khusyuk beribadah dan termotivasi untuk menghafal Alquran,’’ tuturnya.

Di Masjid Raya Habiburrahman, pada 10 malam terakhir Ramadan diisi banyak kegiatan yang diperuntukkan bagi jemaah yang hadir, di antaranya qiyamullail 3 juz per malam, kajian Tazkiyatun Nafs bakda subuh, kajian bakda asar, ifthor, dan sahur jemaah.

Kegiatan lebih banyak difokuskan di malam hari. Jemaah melaksanakan salat tarawih bakda isya dengan bacaan salat 1/2 hingga 1 juz diselingi dengan tidur 2 jam, kemudian dilanjutkan dengan qiyamullail berjemaah dari pukul 00.30 selama 3 jam dengan bacaan salat sampai 3 juz.


Sejak 2011

Pengurus Dewan Kerohanian Masjid (DKM) Habiburrahman, Nahdludin, mengatakan pihaknya memang mengizinkan jemaah untuk mendirikan tenda di sekitar masjid. Tradisi itu sudah terjadi sejak 2011.

“Kami membatasi warga yang ingin beriktikaf dengan mendirikan tenda karena keterbatasan tempat,” ujar Nahludin.

Warga yang beriktikaf datang dari berbagai daerah dan yang terjauh dari Kota Palembang, Sumatra Selatan. Untuk bisa mendirikan tenda iktikaf, jemaah harus mendaftar sebelum bulan Ramadan tiba untuk mendapatkan nomor penempatan dari pengurus DKM Masjid Habiburahman.

“Tidak ada biaya yang dipungut dari jemaah atau warga yang datang. Semuanya kami gratiskan,’’ tambahnya.

Dengan jemaah yang membeludak itu, Nahludin mengakui pihaknya kerepotan.

Meski demikian, panitia berusaha sebaik mungkin melayani jemaah, baik dalam penyediaan tempat salat, lancarnya air untuk wudu, penyediaan makanan berbuka dan sahur, juga termasuk materi tentang keislaman setiap harinya.

Pihak panitia hanya berharap agar seluruh jemaah yang datang bisa menjaga ketertiban dan kebersihan masjid untuk mendapatkan ketenangan dalam beribadah dan beriktikaf sehingga bisa mendapatkan dan merasakan kemuliaan bulan Ramadan. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah