Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Rasa Kekeluargaan Pengobat Rindu

Bhimo Widyo Andoko
01/7/2016 07:30
Rasa Kekeluargaan Pengobat Rindu
(AFP / Olivier Douliery)

BERPUASA di Amerika menjadi pengalaman baru bagi saya dan keluarga yang baru empat bulan tinggal di 'Negeri Paman Sam'.

Pada saat kami sekeluarga sedang dalam masa penyesuaian, baik di tempat kerja, sekolah, maupun komunitas sekitar, kami juga harus beradaptasi dengan suasana puasa di Amerika Serikat.

Tahun ini, bulan Ramadan jatuh pada musim panas sehingga waktu berpuasa sedikit lebih lama jika dibandingkan dengan waktu berpuasa di Indonesia, yaitu sekitar 16,5 jam, yaitu waktu sahur mulai pukul 04.08 sampai waktu berbuka yang mencapai pukul 20.39.

Tantangan terberat sangat dirasakan, terutama bagi anak-anak yang harus tetap bersekolah seperti biasa.

Mereka harus dapat menjalani puasa sembari mengikuti seluruh kegiatan dan ujian-ujian yang telah dijadwalkan.

Tidak ada pengurangan jam sekolah maupun penyesuaian kegiatan seperti yang biasa dilakukan di Indonesia.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, anak-anak dapat menjalankan semua dengan lancar dan baik. Guru-guru serta teman-teman menghormati anak-anak yang menjalankan ibadah puasa.

Misalnya, mereka dilarang makan di area perpustakaan karena para siswa yang menjalankan ibadah puasa biasanya menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan.

Kami juga sangat bersyukur dengan komunitas warga negara Indonesia (WNI) di sekitar tempat tinggal kami yang sangat mendukung.

Suasana kekeluargaan kental terasa. Kami juga kerap menghadiri undangan untuk bersilaturahim dan berbuka puasa bersama.

Salah satunya ialah buka puasa bersama di Wisma Indonesia yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC.

Acara tersebut merupakan favorit komunitas masyarakat Indonesia. Tahun ini, acara diikuti ribuan warga Indonesia yang tinggal di Washington DC dan sekitarnya.

Tak pelak, buka puasa bersama itu menjadi ajang silaturahim antarkomunitas masyarakat Indonesia.

Dengan adanya gelaran itu, biarpun jauh dari sanak-saudara, kami dapat merasakan nuansa Ramadan yang hangat. Rasa homesick pun bisa terkurangi.

Suasana terasa istimewa saat banyak teman-teman yang ahli di bidang kuliner menawarkan beberapa jenis makanan khas Indonesia.

Di antaranya, rendang padang, satai padang, nasi uduk, bahkan tempe mendoan.

Hidangan-hidangan itu mengobati rasa rindu kami pada kuliner Tanah Air.


Tarawih di rumah

Ada sejumlah pengalaman baru yang agak berbeda dengan kebiasaan di Indonesia, seperti tadarus secara conference call.

Untuk ibadah salat tarawih, kami terpaksa melakukannya di rumah.

Pertimbangannya lebih pada faktor keamanan sebab lokasi masjid jauh dari tempat tinggal kami dan waktu salat isya cukup larut.

Kami sekeluarga juga sangat bersemangat dalam menyambut hari raya Idul Fitri yang akan kami rayakan bersama komunitas masyarakat Indonesia di Wisma Indonesia di Tilden, Washington DC nanti.

Kami menantikan momen itu, yaitu ketika kami dapat bertemu kembali dengan berbagai komunitas masyarakat Indonesia di AS yang sudah kami anggap seperti keluarga. (H-3)


Bhimo Widyo Andoko
Asisten Atase Dikbud KBRI,Washington DC,AS



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah