Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pemimpin Umat Harus Aspiratif

Melati Yuniasari
01/7/2016 07:05
Pemimpin Umat Harus Aspiratif
(ANTARA/Puspa Perwitasari)

SETIAP umat memiliki batas akhir.

Masyarakat sama seperti halnya proses manusia yang ditandai kelahiran, pertumbuhan, dan kematian.

Tumbuh kembangnya masyarakat bergantung pada bagaimana pemimpin mengaktualisasikan nilai-nilai kepemimpinannya.

Oleh karena itu, pemimpin menjadi persoalan pokok dalam pengajaran agama Islam.

Disebutkan bahwa tidak ada Islam tanpa adanya jemaah, tidak ada jemaah tanpa adanya kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan tanpa ketaatan.

Dalam sebuah acara pengkajian kepemimpinan dalam Islam di Bandung, KH Jujun Junaedi mengungkapkan makna dari pemimpin dalam Islam dengan merujuk pada hadis Rasulullah SAW kullimun ro'in wakullukum masulun anraaiyati ialah setiap manusia itu pemimpin.

Karena itu, setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.

Dalam benak manusia, lanjutnya, seolah-olah seorang pemimpin seperti raja, seseorang yang mempunyai kekuasaan hebat dan terhormat, yang titahnya tidak dapat dibantah, aturannya tidak dapat dilanggar, dan sudah pasti benar. Penilaian tersebut keliru.

Jika merujuk pada arti dari ro'in pada hadis tersebut, arti pemimpin asalnya ialah penggembala.

Sementara itu, kata raaiya diartikan sebagai rakyat.

"Maka dari itu, gembalaan butuh yang menggembala. Jadi dalam hadis ini, gembalaan harus tunduk kepada pengembalanya, tapi bukan berarti pengembalanya jadi sewenang-wenang," ujarnya.

Ada pula pemimpin yang dinamai sebagai khalifah yang sering kali diartikan sebagai raja di raja, yang berhak menentukan keselahan dan kebenaran seseorang serta garis hidupnya. Penilaian itu keliru.

Kata khalifah itu berasal dari kata khalafa yang artinya di belakang.

Dengan kata lain, khalifah ialah seseorang yang berada di belakang hukum Allah berdasarkan pada rahman dan rahim.

"Pemimpin itu harus berdasarkan pada keputusan rahman dan rahimnya Allah. Khalifah sama seperti penggembala tadi, harus berada di belakang ternaknya dan memastikan apakah semuanya lengkap," imbuhnya.

Tugas seorang penggembala juga harus mengarahkan ternak pada satu tujuan yang telah disepakati.

Dicontohkan, Rasulullah merupakan seorang pemimpin yang baik.

Ia selalu berada di tengah-tengah orang miskin, anak yatim, dan menolak untuk diberi tempat yang berbeda dengan mereka.

Rasul bahkan menempatkan orang-orang yang disebut umatnya itu sebagai sahabatnya.


Tidak bersekat

Nabi Muhammad SAW tidak membedakan manusia dari sisi apa pun kecuali ketakwaannya.

Pemimpin harus menjadi penggembala seperti Rasul yang melakukan perubahan ke arah kebaikan, memajukan, menjaga, dan mengembangkan rakyat dari keterpurukan dan ketertindasan.

Minimal seorang manusia harus dapat menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.

Salah satu istilah lain yang diberikan untuk pemimpin ialah imam, yang berasal dari kata amma ya ummu.

Artinya menuju, menumpu, dan meneladani.

Pemimpin harus menjadi tujuan dan memiliki sifat umm atau keibuan, seperti halnya ibu yang bijaksana dalam membimbing anak-anaknya.

Rakyat hadir dengan berbagai keinginan dan keluhan.

Karena itu, seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi pengikutnya.

Ia bersabda, salatlah engkau sebagaimana kau melihatku salat.

Rasul telah mengajari manusia dengan Alquran agar manusia kembali kepada Allah dan mengerti tujuan hidupnya. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah