Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tafsir Al-Mishbah: Allah Mahaberkehendak

Quraish Shihab
28/6/2016 06:35
Tafsir Al-Mishbah: Allah Mahaberkehendak
Ilustrasi--MI/Seno(Ilustrasi--MI/Seno)

TAFSIR Al-Mishbah kali ini membahas Surah Al Ankabut ayat 14 yang menjelaskan Allah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya untuk menyuruh mereka taat kepada ajaran tauhid. Lalu, Nuh menetap dan menyeru mereka selama 950 tahun. Akan tetapi, mereka tidak memenuhi seruannya. Akhirnya, Allah menenggelamkan mereka dengan angin topan dalam keadaan menzalimi diri mereka sendiri dengan kekufuran.

“Surah Al Ankabut ayat 14 mengingatkan manusia bahwa hidup ini ujian dan memerlukan kesabaran. Surah ini menceritakan kisah Nabi Nuh, yang diutus Allah SWT untuk berdakwah di tengah kaumnya selama 950 tahun dengan kalimat 1.000 tahun, kecuali 50 tahun dan tidak bosan menghadapi ujian untuk mengajar orang,”

Menariknya, karena kata kecuali 50 tahun, dari sisi Alquran, isyarat pada tiap kata bisa menimbulkan kesan. Waktu Alquran menunjuk angka 950 tahun dengan kata sanna(tin) yang berarti tahun, kata tersebut menggambarkan masa sulit Nabi Nuh. Sementara itu, pada penunjukan angka 50 tahun, tertulis di sana dengan kata ’aam(maa), masa damai setelah diempaskannya perahu kaum Nuh yang tetap saja mendustai Allah SWT.

Baca juga : Presiden Laksanakan Salat Id Bersama Warga Padang

“Masa itu dikatakan Aam, lalu Allah SWT selamatkan dia dan penumpang-penumpang perahu dan menjadikan sebagai bukti bagi seluruh alam. Peristiwa itu menjadi bukti kuasa Allah karena dalam pengalaman hidup manusia, tidak dikenal adanya suatu bencana yang begitu besar yang menimpa hampir seluruh persada bumi.”

Contoh kedua mengenai kuasa kehendak Allah SWT dikisahkan mengenai Nabi Ibrahim yang diuji dengan disuruh menyembelih anaknya. Nabi Ibrahim juga diuji setelah dia mengajak kaumnya untuk menyembah Allah dan bertakwa kepada-Nya. “Beliau berkata sembah Allah, bertakwa kepada-Nya. Itu yang baik buat kamu kalau memang kamu mengetahui.”

Dahulu pada masa jahiliah, orang-orang mengeramatkan batu dan menjadikannya azimat. Kini juga terjadi pada orang-orang yang mengeramatkan cincin dan percaya ada khasiat dari benda tersebut. Apa yang manusia sembah selain Allah tidak akan bisa memberikan rezeki sedikit pun. Karena itu, manusia harus mencari rezeki dengan cara bersungguh-sungguh di sisi Allah SWT. Sebab, Dia sumber rezeki, dan sembah Dia, lalu syukuri Dia. Pada akhirnya semua ciptaan akan kembali kepada-Nya.

Baca juga : Buat Takbiran, Presiden Jokowi Beli Kemeja Rp150 Ribu

“Memulai penciptaan dan mengembalikan ialah hal mudah bagi Allah. Kehendak Allah secara garis besar bisa dijadikan dua. Ada yang ditetapkan melalui sunatullah alam atau hukum alam, juga yang kedua pertolongan atas kehendak Tuhan. Begitu Mahakehendak Allah, bila umat-Nya durhaka, akan mendapat siksa. Sebaliknya bila mereka taat, akan diberi rahmat. Dimana pun seseorang, tidak luput dari siksa dan rahmat dan tidak dapat menghindar dari ketetapan Allah SWT,” tutupnya.(Try/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah