Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Celoteh: Pelawak itu (Harus) Lucu

Ronal Surapradja
27/6/2016 00:45
Celoteh: Pelawak itu (Harus) Lucu
(MI/Permana)

TULISAN ini saya buat sepulang syuting ILK (Indonesia Lawak Klub) di salah satu stasiun TV swasta. Mumpung banyak yang terpikirkan di kepala saya.
Jujur, tidak banyak acara TV yang saya ambil karena selain harus sesuai dengan jiwa dan idealisme saya, juga karena memang tidak banyak tawaran hahaha. Namun, ILK (setelah Extravaganza) ialah acara TV yang sangat saya cintai dan saya selalu bersemangat saat melakukan syuting.

Kenapa? Bukan karena saya bertemu dengan orang-orang lucu, melainkan saya bertemu dengan orang-orang pintar. Komeng, Cak Lontong, Jarwo Kwat, dan Denny Chandra itu pintar. Lucu itu hasil kepintaran mereka.

Menurut saya, syarat utama dari pelawak ialah pintar, bukan lucu. Lucu itu efek yang diterima atau dirasakan penonton. Kita tidak bisa memaksakan efek itu kan? Belum lagi karena penonton TV di Indonesia yang heterogen, pelawak sulit menjadi lucu bagi semua orang. Hanya orang yang pintarlah yang bisa membuat materi yang lucu yang bisa diterima banyak orang.

Begini deh sederhananya, semua orang bisa bikin orang marah kan? Lempar saja pakai asbak! Namun, tidak semua orang bisa membuat orang lain tertawa. Alasan lain kenapa seorang pelawak itu harus pintar ialah supaya ia bisa terus kreatif dalam membuat materi. Jadi, ia tidak akan terperangkap dengan bahan yang itu-itu saja.

Pelawak harus meng-update terus dirinya dengan berita atau tren terkini. Ia juga harus menguasai bermacam ilmu, dari sosial, politik, ekonomi, budaya, agama, hingga seni, meski tidak berarti sepintar profesor. Pelawak harus bisa menangkap kegelisahan yang terjadi di masyarakat dan bisa ia kembangkan menjadi materi lawakan.

Kebetulan dalam urusan melawak saya selalu ada dalam sebuah tim, cast Extravaganza ada 12 orang, sekarang ILK ada 7 orang. Saya tidak akan bisa menyaingi Aming dengan bentuknya yang ajaib atau Tora yang ganteng tapi gokil. Saya juga tidak akan menandingi kecepatan Komeng dalam berpikir cepat mencela orang, atau menyamai logika Cak Lontong yang terbolak-balik.

Pengaruh terbesar saya dalam urusan komedi ini ada dua orang, Kang Ibing (alm) dan Denny Chandra. Dua orang itu luar biasa menurut saya. Bicaranya seperti asal, tapi selalu mengandung bom ketawa dengan daya ledak yang luar biasa. Banyak generasi pelawak yang lebih muda sekarang muncul.

Mereka seharusnya belajar banyak dari pelawak senior. Ada banyak cara membuat orang tertawa selain menghina fisik, berbuat (sok) bodoh, atau lawakan yang kasar seperti yang sering terlihat di acara TV. Semoga pelawak Indonesia bisa pintar sekaligus lucu. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah