Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tafsir al-Mishbah: Kebenaran Alquran sebagai Petunjuk

Quraish Shihab
23/6/2016 07:45
Tafsir al-Mishbah: Kebenaran Alquran sebagai Petunjuk
Micom(Micom)

JIKA pada ayat sebelumnya banyak mengisahkan perjalanan kehidupan Nabi Musa, pada Surat Alqashah ayat 51-59 kembali menyatakan mengenai kebenaran Alquran sebagai petunjuk. Selama 22 tahun Alquran diturunkan sedikit demi sedikit sebagai kitab dakwah, bukan kitab ilmu.

Dikatakan pada ayat 51, “Sungguh kita telah menjadikan bersinambung. Firman-firman kami, ayat-ayat kami, tanda-tanda kami dengan harapan mereka bisa mengingat dan sadar.”

Walaupun Alquran kini sudah tidak lagi turun, firman-firman Allah SWT masih datang silih berganti. Firman-firman yang dimaksud ini bukanlah ayat Alquran, melainkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam yang dapat menjadi peringatan bagi manusia. Misal gempa, paceklik, dan sebagainya. Itu semua bisa menjadi peringatan bagi manusia.

Baca juga : Presiden Laksanakan Salat Id Bersama Warga Padang

Allah telah menganekaragamkan ayat-ayat-Nya dengan tujuan agar diingat manusia. Kitab suci ini ditanggapi dengan amat baik oleh sekolompok orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dikatakan pada ayat 52 bahwa telah didatangkan kepada mereka alkitab sebelum Alquran, dan mereka beriman dengan Alquran itu.

Pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW, ada orang Yahudi dan Nasrani yang percaya terhadap Alquran. Mereka percaya karena telah melihat kebenarannya bahwa Muhammad adalah nabi warakah binnaufar.

“Kalau kepada mereka dibacakan ayat-ayat Alquran ini, mereka berkata percaya dengannya. Itulah kebenaran yang datang dari Tuhan.”
Pada ayat 53 disebutkan bahwa kebenaran bisa datang dari manusia, misalnya seperti ilmu. Akan tetapi, ilmu bersifat relatif, sementara kebenaran yang berasal dari Tuhan bersifat mutlak.

Baca juga : Buat Takbiran, Presiden Jokowi Beli Kemeja Rp150 Ribu

Di ayat selanjutnya dijelaskan bahwa sejak sebelum turunnya Alquran, orang-orang pada masa itu sudah percaya akan wujud Tuhan. Mereka telah berserah diri kepada-Nya dan sudah mengetahui akan datangnya nabi setelah Nabi Isa. Mereka pun mendapatkan ganjaran atas kesabaran dan menolak keburukan dengan kebaikan.

Agama membolehkan manusia membalas kejahatan dengan kejahatan. Misalnya, siapa yang menampar boleh dibalas dengan menampar. Akan tetapi, menyiram api dengan bensin akan menimbulkan kebakaran lebih besar. Namun, menyiram dengan air akan memadamkan.
“Orang yang baik itu membalas kejahatan dengan kebaikan.”

Pada ayat berikutnya, “Dan sebagian dari rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka, mereka nafkahkan.”

Baca juga : PMI Sukabumi Sediakan Jasa Pijat Gratis bagi Pemudik

Pada ayat itu dijelaskan bahwa rezeki merupakan hasil usaha manusia atas izin Allah yang dapat dimanfaatkan. Ada dua macam hasil usaha, yakni yang dihalalkan dan yang tidak halal. Usaha yang tidak halal walaupun digunakan, itu tidaklah disebut sebagai rezeki karena berdosa. Apakah masih terdapat rezeki Allah? Rezeki sehat, umur, dan oksigen merupakan rezeki yang diberikan Allah meskipun rezeki atas usaha telah digunakan seluruhnya. (Mlt/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah