MERAYAKAN Ramadan di Singapura tentu berbeda rasanya dengan di Indonesia atau Malaysia, tempat masyarakat muslim ialah mayoritas. Populasi warga muslim di Singapura berjumlah 15% dari total jumlah penduduk.
Sebagian besar dari mereka ialah muslim Melayu yang merupakan salah satu kelompok etnik yang diakui negara. Selain itu ialah muslim India dan Arab.
Walaupun minoritas, kaum muslim di Singapura mendapatkan perlakuan yang tidak berbeda dari kelompok agama yang lain. Kebebasan beribadah dijamin pemerintah Singapura dan semua hari raya Islam dijadikan hari libur nasional.
Yang lebih menarik, pemerintah menyediakan berbagai sarana beribadah yang dibutuhkan kaum muslim. Karena itu, semua masjid dan surau di Singapura terawat dengan baik.
Setiap peristiwa keagamaan didukung penuh oleh pemerintah, termasuk khususnya Ramadan.
Selama lebih dari 10 tahun saya tinggal di Singapura, pengalaman yang saya rasakan tidak banyak berbeda. Kegiatan sehari-hari tetap berlangsung dengan suasana yang tidak banyak berubah.
Hal itu agak berbeda jika dibandingkan dengan di Indonesia ketika aktivitas Ramadan bisa terlihat langsung di jalan-jalan dan berbagai tempat umum. Salah satu contoh ialah lantunan lagu religius seperti Bimbo yang menjadi ciri khas perayaan Ramadan di berbagai pelosok Indonesia.
Di Singapura, hal seperti itu tidak lazim. Nyaris tidak terdengar musik-musik religius bertema Ramadan.
Di Indonesia, kemeriahan juga terasa di berbagai tempat, khususnya pusat-pusat penjualan makanan yang terasa sangat sepi pada siang hari dan sangat ramai pada waktu menjelang buka puasa.
Di Singapura, hal itu tidak terlihat mencolok. Aktivitas warga di tempat-tempat makan nyaris tidak berbeda dengan hari biasa. Tempat itu tetap ramai pada jam makan siang.
Lalu apakah Ramadan di Singapura sama sekali tidak ada bedanya?
Sebenarnya tidak juga. Karena masyarakat muslim ialah minoritas, kemeriahan Ramadan terasa sangat kuat di beberapa tempat yang sudah disediakan pemerintah sebagai pusat festival Ramadan.
Salah satu pusat itu ialah area di sekitar Kampung Glam yang melingkupi Arab Street, Haji Lane, dan tentunya Masjid Sultan yang merupakan salah satu masjid tertua di Singapura.
Di sinilah kita bisa merasakan suasana Ramadan yang gemerlapan. Suara pengajian dan azan yang keluar dari masjid bisa terdengar di jalan. Berbagai jenis makanan muslim dari berbagai negara tersedia di sini. Mulai masakan Minang, nasi lemak, hingga masakan Turki dan Timur Tengah. Selain di Kampung Glam, festival Ramadan bisa ditemui di Kampung Geylang yang merupakan wilayah warga Melayu yang paling tua di Singapura. Di sini berbagai aktivitas Ramadan bisa ditemui, mulai pasar malam, hiburan, hingga tentunya aktivitas ibadah.
Ramadan di Singapura memang tidak semeriah di Indonesia. Namun, umat muslim tetap dapat melakukan ibadah puasa dengan penuh rasa tenang, tenteram, dan rasa toleransi dari umat agama yang lain. (H-1)