Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Dugderan Disambut Antusias Warga Semarang

AS/H-3
02/4/2022 04:05
Dugderan Disambut Antusias Warga Semarang
Seniman mengikuti kegiatan dugderan (dugder) yang dipusatkan di Alun-Alun Masjid Agung Kauman dan Balai Kota Semarang, Jawa Tengah, kemarin.(MI/AKHMAD SAFUAN)

KEGIATAN budaya memasuki Ramadan di Kota Semarang yang telah dua tahun vakum, dugderan (dugder), akhirnya dilangsungkan, kemarin. Ribuan warga menyaksikan kemeriahan penanda masuknya bulan suci yang dipusatkan di Balai Kota Semarang dan alun-alun depan Masjid Agung Kauman Semarang itu.

Meskipun situasi belum sepenuhnya pulih seperti sebelumnya, dugder berlangsung semarak.

Dugder berdasarkan sejarah merupakan penanda masuknya Ramadan yang dimulai sejak 1882. Saat itu, Bupati Semarang RM Tumenggung Ario Purboningrat memerintahkan Masjid Agung Kauman untuk membunyikan beduk secara bertalu-talu. Bunyi beduk dug dug der itu kemudian menjadi nama perayaan dugder.

Prosesi utama di tradisi dugder ialah penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Agung Semarang kepada Kanjeng Bupati, atau saat ini Wali Kota Semarang, untuk dibacakan ke seluruh masyarakat. Seusai itu, Wali Kota Semarang dipersilakam memukul beduk, disertai pula suara meriam di Masjid Agung.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan kegiatan puncak dugder tahun ini berlangsung tanpa arak-arakan karena mencegah penyebaran covid-19. "Saya minta warga yang menonton dugderan tetap mematuhi protokol kesehatan," tambahnya.

Pelaksanaan Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono mengatakan dugder kali ini melibatkan beberapa pihak seperti drum band AMNI dan perwakilan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Kementerian Agama, 16 kecamatan, dan ormas.

Selain kegiatan seni dari marching band, tarian, dan karnaval, ikon dugder selama ini, warak ngendog, masih menarik perhatian warga. Di antara aneka dagangan dari barang permainan tradisional hingga modern yang ditawarkan para pedagang musiman, ikon tersebut masih dicari.

Warak ngendog merupakan hewan rekaan dari perpaduan etnik di Semarang, yakni Jawa, Arab, dan Tionghoa, dan dibuat sebagai mainan dengan wujud kambing, unta, dan naga terapi bertelur (ngendog). Mainan tersebut masih menjadi incaran pengunjung karena cukup unik dan menarik.

Selain untuk menyambut bulan puasa, dugder memberikan kesempatan kepada warga agar dapat mengais rezeki sebagai bekal melaksanakan ibadah puasa agar khusyuk tanpa dibebani masalah ekonomi. Warga bisa berdagang selama sepekan di depan Kanjengan (kantor bupati), alun-alun, seputar Masjid Agung, dan Pasar Johar (pusat kota).

Untuk menyaksikan dugder, warga dapat datang ke lokasi atau memanfaatkan siaran langsung di media sosial untuk puncak acara tersebut. (AS/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah