Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Sukses Ramadan Tecermin di Amal

Syarief Oebaidillah
14/6/2018 09:00
Sukses Ramadan Tecermin di Amal
PEMBAGIAN ZAKAT FITRAH: Warga menunjukkan kupon untuk mengambil zakat fi trah berupa beras di pendopo Sidoarjo, Jawa Timur, kemarin. Sekitar 5.000 paket zakat fi trah dari pegawai Kabupaten Sidoarjo tersebut diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan men(ANTARA/UMARUL FARUQ)

RAMADAN 1439 H akan berakhir dan umat menyongsong hari kemenangan, 1 Syawal, dengan semarak Idul Fitri. Namun, apakah ibadah puasa yang kita jalani selama Ramadan ini sudah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya? Atau malah sebaliknya?

Sejatinya, ibadah puasa merupakan rem bagi keimanan hamba-hamba Allah SWT yang mesti diisi dua kebaikan utama, yakni membaca dan mengkaji Alquran serta bersedekah.

"Ibarat bengkel, puasa Ramadan menjadi rem bagi keimanan kita yang spare part atau suku cadangnya diisi dengan membaca Alquran dan perbuatan baik, bersedekah," kata Abdul Muta'ali pada tausiah bakda zuhur di Masjid Nursiah Daud Paloh, Kompleks Media Group, Jakarta, kemarin.

Abdul Muta'ali yang juga Direktur Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia (UI) Depok mengatakan orang mudah terjerumus pada perbuatan tercela, yakni korupsi, zalim, berdusta, dan semacamnya, akibat rem keimanannya 'blong'.

"Seperti kendaraan yang remnya blong, orang akan beralih memakai kendaraan lain yang tidak blong. Begitu pun Allah SWT, tidak akan memanfaatkan orang yang remnya blong menjadi orang yang berguna. Allah SWT memilih hamba-hambanya yang lain seperti para nabi yang keimanannya tertempa dalam proyek besar kemanusiaan," paparnya.

Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI itu mengatakan puasa ialah rem, mengutip hadis Nabi Muhammad SAW. "Sesuai sabda Nabi, bahwa puasa adalah rem, puasa merupakan upaya pengendalian diri kita menuju kebaikan atau ketakwaan sehingga puasa kita menjadi sukses karena membentuk kita menjadi manusia yang memberi manfaat atau berguna," ujarnya.

Ia menjelaskan puasa menjadi rem keimanan dengan suku cadang membaca dan mengkaji Alquran karena Ramadan merupakan bulan diturunkannya Alquran. "Jika kita berpuasa, tetapi tidak ada ikatan emosional dengan Alquran, itu adalah hal sia sia. Jika kita minim bersentuhan dengan Alquran, spare part kita akan lemah mengasah rem keimanan kita," tuturnya.

Ia mencontohkan Imam Syafi'i yang mampu khatam membaca Alquran hingga 60 kali selama Ramadan dan Imam Malik yang ahli hadis selama Ramadan fokus mengkaji Alquran.

Tentang kebenaran Alquran, ia mencontohkan seorang intelektual Yahudi Noam Chomsky yang awalnya mematahkan argumen bahwa Alquran ialah buatan manusia atau buatan Nabi Muhammad. Ia meragukan arti Surah An-Naml ayat 18 tentang semut yang akan pecah takut terinjak pasukan Nabi Sulaiman.

"Chomsky mempertanyakan mengapa semut bisa pecah? Ternyata ada temuan ahli bahwa di dalam semut ada zat-zat seperti kaca sehingga semut ketika dibelah tidak berdarah. Inilah kebenaran Alquran," tegasnya.

Bersedekah maksimum

Puasa juga untuk bersedekah sebab puasa seseorang selama sebulan akan tergantung di langit tanpa membayar sedekah atau zakat fitrah. Oleh karena itu, bersedekahlah dengan maksimum yang terbaik di akhir Ramadan.

Menutup tausiahnya, Abdul Muta'ali yang juga pakar kajian Timur Tengah mengungkapkan, setiap 29 Ramadan, para sahabat Rasulullah SAW menjerit dan menangis karena akan meninggalkan bulan penuh kemulian dan akan hilangnya lailatulkadar.

"Memasuki subuh 29 Ramadan, semua sahabat Rasul menangis dan menjerit karena Ramadan akan berlalu, dengan harapan dapat bertemu kembali pada Ramadan berikutnya," pungkas Abdul. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah