Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Itu prinsip yang terpantul dari upaya tiga calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang menggunakan seluruh kemampuan untuk memenangi pemilihan yang akan berlangsung pada 15 Februari 2017. Tidak mengherankan bila ketiga pasangan tersebut berlomba menggaet sejumlah selebritas papan atas guna mendongkrak raihan suara warga Ibu Kota.
Selebritas yang diajak tidak hanya diperlakukan sebagai pelengkap tim pemenangan, tetapi juga dipercaya menduduki jabatan teras, seperti juru bicara.
Sebut saja selebritas kelahiran 1970, Sophia Latjuba. Dia didapuk pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat untuk menjadi juru bicara. Seperti tak ingin ketinggalan, pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno juga menempatkan selebritas yang lebih muda 10 tahun daripada Shopia, yaitu Olla Ramlan. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Silviana Murni pun tak ketinggalan. Mereka memasang Annisa Larasati Pohan yang juga istri Agus untuk mengimbangi kekuatan di jajaran selebritas.
Mengerahkan seluruh kemampuan menjadi keharusan dalam percaturan politik dewasa ini. Apalagi, nalar politik masyarakat Batavia berada di atas daerah-daerah lain di Tanah Air. Dalam konteks itu, pertarungan tidak melulu dilakukan dengan menyodorkan program, visi, dan misi atau janji-janji politik, tetapi juga perlu dilengkapi dengan daya pikat yang kuat kepada publik. Salah satunya ialah dengan merekrut para selebritas untuk bergabung dalam barisan tim sukses. Kehadiran selebritas diharapkan tidak hanya menjadi magnet penarik massa saat kampanye, tetapi lebih dari itu, yakni sebagai pengumpul suara bagi calon kepala daerah.
Menebar janji, seperti mengenai penanggulangan masalah kemacetan, kekumuhan, kemiskinan, dan lapangan pekerjaan, akan menjadi jualan para kandidat kepada warga DKI Jakarta. Janji-janji itu akan dikemas dengan berbagai cara dan gaya, termasuk melalui penampilan selebritas dan tokoh masyarakat yang tergabung di tim pemenangan. Kondisi itu akan dihadapi warga Jakarta, masyarakat yang dinilai sebagai pemilik suara paling rasional jika dibandingkan dengan wilayah lain.
Mengikutsertakan selebritas yang dilakukan para kandidat harus membuat masyarakat Jakarta lebih kritis. Jangan sampai mereka memberikan suara karena terbuai oleh dandanan, paras, dan popularitas. Bila program yang ditawarkan kurang realistis, masyarakat jangan segan mengatakan tidak pada calon tersebut. Penduduk Jakarta yang rata-rata berpendidikan tinggi layak menentukan pemimpin dengan mempertimbangkan rekam jejak, integritas, kemampuan, serta program yang dijanjikan.
Jakarta bukan daerah pemekaran baru. Jakarta merupakan Ibu Kota atau wajah negara ini di mata dunia yang harus dipimpin kandidat yang berpengalaman, bukan aji mumpung atau coba-coba. Jakarta harus terus maju mempercantik wajah untuk mendapatkan senyum yang indah dari masyarakat dunia.
Karena itu, pemimpin Jakarta jangan sampai awam, baru mengenal birokrasi, sekadar cari sensasi, atau melanggengkan politik dinasti. Selanjutnya, selebritas yang berada di tiga kubu calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta harus memberikan dampak positif dan meningkatkan pselebritasipasi pemilih. Mereka harus sadar bahwa pesta demokrasi yang akan berlangsung tidak bisa diulang seperti pengambilan gambar untuk sinetron. Pemilihan pemimpin Jakarta merupakan penentuan nasib dan masa depan rakyat Ibu Kota yang harus diwarnai dengan program kerja yang nyata, bukan sekadar drama untuk membangkitkan sensasi sesaat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved