Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
KANDIDAT kepala daerah tidak cukup hanya mengandalkan popularitas selebritas pendukung sebagai strategi pemenangan. Popularitas selebritas tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap elektabilitas calon, terutama di Jakarta. Karakter pemilih di Ibu Kota berbeda dengan pemilih di daerah lain. Tingkat rasionalitas pemilih di Jakarta jauh melebihi pemilih di daerah lain. "Pemilih di DKI tidak lagi melihat popularitas, tapi sudah sampai bertanya apa manfaat yang bisa didapat kalau memilih dia, dan bagaimana rekam jejaknya," ujar pengamat politik Yunarto Wijaya, pekan lalu.
Kecenderungan tersebut bahkan sudah terbukti pada pilgub langsung pertama pada 2012. "Itu terbukti popularitas itu variabel yang sangat kecil pengaruhnya terhadap kemenangan," kata dia. Direktur Pusat Kajian Politik UI Sri Budi Eko Wardani mengungkapkan sebenarnya tidak ada teori akademis yang mampu menjelaskan korelasi yang menghubungkan antara popularitas selebritas dan elektabilitas kandidat. Namun, pemberdayaan selebritas di dalam tim kampanye, menurutnya, merupakan hal yang sah-sah saja.
"Bisa saja memang mengerek popularitas calon, tapi belum tentu bisa mendongkrak elektabilitas," ungkapnya. Sri mengatakan sebenarnya bisa saja keterlibatan selebritas di tim kampanye bertujuan meraih suara dari kelompok tertentu. Misalnya, sejumlah selebritas merupakan simbol perwakilan dari kelompok masyarakat tertentu. Ia berpandangan elektabilitas pada dasarnya dipengaruhi sejumlah faktor. Salah satu faktor yang paling memengaruhi ialah kedekatan emosional. "Tapi juga ada pengaruh yang sifatnya nonemosional. Misalnya, apakah program yang ditawarkan sejalan atau apa keuntungan riil yang didapat bila memilih calon tertentu," ucap Sri.
Tim pemenangan Agus-Sylviana percaya kehadiran selebritas dapat meningkatkan pselebritasipasi publik di dalam pilgub DKI karena sejumlah selebritas yang terlibat merupakan public figure yang memiliki rekam jejak teruji dalam pemenangan pemilu. "Kalau buat saya sah-sah saja soalnya kan pengalaman mereka bukan baru sekarang, melainkan sudah dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Wakil Ketua Tim Kampanye Agus-Sylviana, Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio. Ia mengungkapkan tidak melakukan perekrutan selebritas yang sebelumnya tidak bermain di dunia politik. "Kalau yang di luar anggota parlemen kayanya sementara enggak dulu deh," cetusnya.
Sekadar pemanis
Kehadiran selebritas di tim sukses calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta tidak signifikan mendongkrak elektabilitas mereka. Tanpa pembekalan politik, para selebritas bakal hanya jadi pemanis kampanye. "Sejauh ini hanya sebagai pemanis. Seharusnya jangan hanya jadi alat pengumpul massa, kehadiran mereka juga harusnya bisa memberikan pendidikan politik bagi publik," ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari.
Menurutnya, kebanyakan selebritas tergolong awam dalam dunia politik. Karena itu, dibutuhkan pendidikan politik terlebih dahulu sebelum menerjunkan mereka menjadi juru bicara kampanye. "Setidaknya satu atau dua bulan pembekalan supaya mereka cukup paham dengan konten yang akan dibicarakan di depan publik, baik itu terkait politik atau kebijakan. Jadi, tidak hanya modal tampang." Pandangan senada dilontarkan Direktur Eksekutif Political Communication (PolComm) Institute, Heri Budianto.
Menurut dia, sosok selebritas di medan kampanye tidak banyak berpengaruh. Figur calon merupakan penentu utama pilihan publik. "Meskipun selebritas bisa menyedot perhatian masyarakat, mereka belum bisa diandalkan untuk menaikkan elektabilitas. Namun, setidaknya membantu meningkatkan kehadiran warga di lokasi kampanye," ujarnya. Agar efektif, imbuhnya, selebritas yang menjadi juru kampanye membutuhkan pelatihan intensif. Calon pun harus bijaksana memilih selebritas untuk memaparkan visi dan misi mereka saat kampanye. "Setidaknya diisi dulu sebelum diterjunkan. Jadi, tidak hanya duduk manis, senyum, dan bicara yang ringan-ringan," tandasnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved