PRESIDEN Joko Widodo bertolak ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar untuk lawatan kenegaraan demi memperkuat kerja sama bidang ekonomi, alat utama sistem persenjataan, hingga perlindungan tenaga kerja Indonesia (TKI).
"Kunjungan kenegaraan ini bertujuan mempererat hubungan bilateral Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah terutama di bidang ekonomi, ketahanan energi, perlindungan WNI, dan industri strategis," ujar Jokowi sebelum bertolak dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Ia dan rombongan transit sebentar di Banda Aceh.
Selama di Timur Tengah hingga Selasa (15/9), Presiden akan menemui Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz di Jeddah, kemudian Putra Mahkota UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan di Abu Dhabi, dan emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani di Doha. Ia juga dijadwalkan menerima Sekjen Gulf Cooperation Council dan Presiden Islamic Development Bank.
Kunjungan perdana Presiden ke jazirah Arab tersebut memiliki makna strategis untuk menarik investasi demi memulihkan ekonomi yang lesu. Arab Saudi merupakan mitra dagang terbesar Indonesia di Timur Tengah dan UEA tujuan utama ekspor Indonesia ke Timur Tengah. Adapun Qatar ialah penyumbang investasi terbesar, termasuk investasi portofolio, dari Timur Tengah ke Indonesia secara kumulatif.
"Kunjungan ini diharapkan dapat membuka akses yang lebih besar bagi produk Indonesia di pasar Timur Tengah. Kunjungan ini juga untuk mendorong investor dari ketiga negara melakukan investasi langsung di Indonesia khususnya di bidang infrastruktur, maritim, dan energi. Termasuk pula rencana pembelian beberapa produk alutsista oleh ketiga negara tersebut," ucap Jokowi.
Untuk kerja sama di bidang ketahanan energi, ketiga negara memproduksi 24% kebutuhan minyak dunia, memiliki 30% total cadangan minyak dunia, dan 18% cadangan gas dunia. Presiden berharap kunjungan kali ini bisa mendukung ketahanan energi Indonesia.
Yang tak kalah penting, lawatan itu dilakukan dalam upaya memberikan perlindungan lebih baik bagi WNI di ketiga negara yang mencapai 1,4 juta orang dan sebagian besar merupakan tenaga kerja sektor informal. "Pemerintah Indonesia akan mendorong pemerintah di tiga negara untuk terus memberikan perhatian dan perlindungan bagi WNI di sana."
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri yang ikut mengantar Presiden di Halim mengatakan kunjungan itu menjadi momentum untuk mendorong komitmen ketiga negara agar lebih melindungi TKI.
Krisis imigran Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Anton Supit mengharapkan kunjungan Presiden ke Timur Tengah bisa menarik investasi dan membuka pasar ekpor baru buat produk Indonesia. Ia menekankan yang harus dilakukan ialah meningkatkan daya saing.
"Kita harus pastikan dapat bersaing dengan Thailand dan Vietnam karena potensi ekspor ke sana ialah produk untuk kebutuhan sehari-hari dan pangan."
Di sisi lain, pengamat hukum internasional dari UI Hikmahanto Juwana mengharapkan Presiden tak cuma membahas kerja sama ekonomi, tetapi juga menyoal masalah imigran. Krisis imigran terutama dari Suriah, tegasnya, bukan cuma urusan Eropa, melainkan juga masalah internasional.
"Hal ini penting untuk menunjukkan kepedulian Indonesia. Indonesia bisa berinisiatif mengumpulkan anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam) untuk membantu (imigran)." (Mus/Aya/X-9)