Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Indonesia Terjebak Politik Pencitraan

Ahmad Novriwan
09/10/2016 09:01
Indonesia Terjebak Politik Pencitraan
(MI/Arya Manggala)

KETUA Umum Partai NasDem Surya Paloh menilai bangsa Indonesia terjebak pada budaya serbainstan yang melahirkan politik pencitraan. Gerak­an restorasi merupakan solusi atas krisis dalam politik yang dialami bangsa ini.

Hal itu disampaikan Surya saat memberikan kuliah umum bertajuk Restorasi di hadapan 3.000 mahasiswa se-Lampung di Kampus Informatics and Business Institut (IBI) Darmajaya, kemarin.

Ia mengatakan wajah politik Indonesia dari hari ke hari kian karut-marut. Karena itu, dia mengingatkan kader NasDem yang berada di semua tingkatan untuk cerdas dan tidak rakus pada persoalan materi. “NasDem merupakan antitesis dari elite politik yang melenceng dari cita-cita negeri ini. Maka NasDem berjuang dengan rintangan dan halangan yang tidak gampang. Perjuangan ini membawa visi misi yang besar serta semangat konsistensi,” ujarnya.

“Mau gelar, tapi tidak perlu sekolah. Mau kaya, tidak mau berusaha keras. Mau jadi ketua partai, tapi tidak memiliki basis sosial... yang penting modal uang. Mau jadi calon presiden, kalau bisa lawan mati cepat. Mau ikut pilkada, sebarkan isu negatif untuk lawan. Semua serbainstan,” lanjutnya.

Ia mencontohkan pada pilkada DKI Jakarta yang menjadi soroton publik nasional, masih terjadi pola kampanye negatif. Pilkada DKI yang seharusnya jadi barometer perpolitikan nasional ternyata berkutat pada isu suku, agama, ras, dan antargolongan.

“Mari sama-sama bijak. Saya juga sebagai umat Islam mengajak agar kita semua mengedepankan prinsip rahmatan lil alamin yang mengedepankan toleransi,” ujar Surya menanggapi tudingan pelecehan Alquran oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Menurutnya, pernyataan kandidat petahana yang diusung Partai NasDem, Golkar, Hanura, dan PDIP itu tentang Surah Al-Maidah ayat 51 sama sekali tak bertendensi untuk melecehkan Alquran. “Ahok itu tidak ada maksudnya untuk melecehkan, saya pastikan. Kalau dia melecehkan, kami panggil, kami tendang,” kata Surya.

Tidak ada pencabutan
Di sisi lain, Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dalam pernyataan tertulisnya juga memastikan partai yang dipimpinnya tidak akan mencabut dukungan terhadap Ahok-Djarot.

Novanto juga mengaku sudah menegur Wakil Ketua Umum Partai Golkar Fadel Muhammad yang sempat berkomentar bahwa Golkar akan mengevaluasi dukungan terhadap Ahok-Djarot karena du­gaan pelecehan Alquran.

Ia pun meminta semua pihak berkompetisi secara sehat, tidak menggunakan isu SARA dan menebar fitnah. “Saya pastikan Golkar konsisten mendukung Ahok-Djarot. Tidak ada wacana untuk menarik dukungan. Saya sudah menegur Pak Fadel. Tidak ada maksud Pak Ahok untuk berkata menjelek-jelekkan suatu agama tertentu. Saya minta semua pihak untuk mendengar utuh pidato Ahok sebelum komentar.”

Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Guntur Romli, mengaku sempat mendengar kabar peninjauan kembali dukungan Golkar kepada Ahok. Namun, ternyata hal itu hanya pendapat individu. (EP/Nov/Ant/P-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya