SIANG yang terik di tiga hari awal September 2015 lebih banyak dihabiskan Joko Widodo, Presiden RI, dengan bersantap massal.
Mulai tukang ojek, pedagang pasar, hingga pengusaha jadi undangannya.
Ia menggilir penyampaian pendapat dari semua lapisan masyarakat tentang kesehatan ekonomi yang masih payah.
Tanpa halangan hierarki sekaligus memberi semangat baru jadi harapan Presiden.
Selasa, (1/9), Jokowi bersantap siang bersama sopir metromini, angkutan kota, dan tukang ojek di Istana Negara.
Ketika itu tercetus pesan untuk berkompetisi secara sehat antara penyedia layanan transportasi konvensional dan daring.
Keesokan harinya, di ruang yang sama Presiden mengajak santap siang Pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).
Beragam persoalan yang menghambat usaha keluar dari mulut undangan.
Kemarin, giliran sekitar 100 pedagang pasar yang diajak mengobrol sambil menyantap hidangan dengan pola prasmanan.
Para pedagang itu datang dari pasar tradisional di Jakata.
Juga ada perwakilan pedagang kaki lima (PKL) di Masjid Sunda Kelapa, PKL Proklamasi, dan PKL Pluit, dan PKL Kota Tua.
Pengemudi bajaj pun ikut serta dalam gelaran itu.
"Saya ingin siang hari ini mendapatkan masukan, mendapatkan masalah-masalah yang ada di pasar. Baik masalah penataannya, baik berkaitan harga, baik harapan kebijakan ke depan seperti apa," kata Jokowi.
Selain kondisi rupiah dan harga saham yang melemah secara terus-menerus, lonjakan harga pangan mendominasi persoalan perekonomian Indonesia belakangan ini.
Itu jadi bahan dialog acara tersebut.
Di tingkat bawah, penataan PKL yang kerap terhadang oleh persoalan lokasi jualan baru yang sepi juga jadi pembahasan.
Kepala Kantor Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan, pada dialog yang berlangsung tertutup dari wartawan itu, Presiden berharap mendapat masukan-masukan yang nyata tentang gambaran sesungguhnya kondisi di bawah tanpa filter anggota Kabinet Kerja.
"Jangan hanya mendengar dari elite, tetapi juga semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, Presiden membuat berbagai kesempatan, bagaimana Presiden bisa berdialog dengan masyarakat," terang Teten.
Hingga pada akhirnya, tur mendengar Jokowi itu kelak diakhiri dengan kesimpulan yang berbentuk pengambilan kebijakan, sebagaimana yang kerap ia lakukan saat menjabat Wali Kota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta.
Alhasil, kebijakan yang dibuat nantinya selaras dengan kondisi di lapangan.
Di luar itu, ia menyebut sentuhan langsung Presiden pada rakyat dari semua golongan tersebut bakal menyuntikkan semangat baru di tengah kelesuan perekonomian.
Yang tidak kalah penting, melalui dialog langsung dengan berbagai elemen, Presiden ingin terus menjaga hatinya, emosinya, untuk rakyat.