Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PRESIDEN Joko Widodo melantik Jenderal Budi Gunawan menjadi Kepala Badan Intelijen Negara di Istana Negara, Jakarta, kemarin. Ia menggantikan Sutiyoso yang baru 15 bulan menjabat.
Pengangkatan juga Budi diikuti kenaikkan pangkat satu bintang. Ketika menjabat Wakapolri, Budi berpangkat Komisaris Jenderal. Posisi Budi akan digantikan Komisaris Jenderal Syafruddin yang kini menjabat Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (Lemdikpol). Pelantikan Syafruddin akan dilakukan hari ini.
Seusai pelantikan, Budi memaparkan sederet prioritas kerjanya. Menurut mantan ajudan Presiden kelima Megawati Soekarnoputri itu, Jokowi meminta peningkatan kemampuan dan integritas personel BIN agar semakin profesional.
“Kami lihat ke depan untuk memajukan BIN ke depan agar diisi orang yang super, spesialis, kompeten di bidang intelijen. Sesuai sifat penugasan,” ujarnya.
Menurutnya salah satu contoh penguatan BIN ialah dengan menambah jumlah personel. Saat ini keanggotan BIN belum mencapai 50%. Jumlah tersebut tidak seimbang dengan meningkatnya operasi keamanan nasional. Terlebih jelang Pilkada DKI.
Soal anggaran, Budi mengakui itu sebagai hal krusial untuk meningkatkan kemampuan intelijen yang didukung oleh perangkat yang memadai. “Sesuai perkembangan zaman, operasi intelijen untuk keamanan nasional cenderung meningkat.’’
Seusai resmi menanggalkan jabatannya, Sutiyoso memberi masukan kepada Budi. Menurutnya personel BIN perlu terus diperbaiki baik secara kuantitas maupun kualitas karena kemampuannya masih timpang jika dibandingkan dengan jumlah warga negara Indonesia yang harus dilindungi. Sutiyoso beranggapan bahwa Budi adalah polisi yang cerdas sehingga BIN bisa banyak berubah di bawah tangannya, terutama menjadi lebih kuat dan profesional. (Pol/P-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved