PANITIA Seleksi Calon Pimpinan (Pansel) KPK seluruhnya perempuan meskipun tidak ada bias gender karena dipilih berdasarkan kompetensi dan kapasitas.
Di balik pemilihan sembilan srikandi itu, tentu terselip semangat untuk meningkatkan daya tarik perempuan untuk mendaftarkan diri sebagai calon pimpinan KPK.
Namun, faktanya, hingga Jumat (19/6), sebanyak 182 orang telah mendaftarkan diri sebagai capim KPK periode 2015-2019.
Dari jumlah tersebut, hanya terdapat 11 calon perempuan.
Pengamat politik UI sekaligus aktivis perempuan Ani Soetjipto berpandangan pemberantasan korupsi tidak hanya menjadi komoditas laki-laki.
Perempuan pun memiliki kompetensi dalam pemberantasan korupsi sehingga ia mendorong perempuan untuk mendaftar sebagai capim KPK.
Ia melihat, perempuan yang mendaftar dan bersungguh-sungguh dalam pemberantasan korupsi harus bermental pejuang karena medan perang korupsi yang sangat kompleks sehingga mereka harus siap menghadapi kriminalisasi dan intimidasi.
"Rela melimpahkan jiwa raga dalam pemberantasan korupsi, siap diintiimidasi dan dikriminalisasi. Mereka pun harus mampu melawan po- wer relation, parlemen, polisi, kejaksaan, dan ini tantangan yang harus dihadapi," ujar Ani dalam diskusi bertajuk Saatnya Perempuan Pimpin KPK, di Jakarta, kemarin.
Selain itu, sambung Ani, dampak korupsi paling banyak dirasakan perempuan karena korupsi telah menyentuh ruang publik, yakni harga-harga barang pokok meningkat dan perempuan sebagai ibu rumah tangga yang merasakan.
Sementara itu, jubir Pansel KPK, Betti Alisyahbana, menyebut masih minimnya perempuan yang mendaftar sebagai capim KPK disebabkan rasa percaya diri yang kurang.
Padahal, sifat perempuan yang multitasking, sabar, dan mampu bernegosiasi menjadi nilai tambahan bagi KPK terutama dalam bekerja sama dengan para penegak hukum yang lain.
"Perempuan itu punya karakteristik yang berbeda dengan laki-laki, bagus dengan kata-kata, bisa membaca bahasa tubuh, mempunyai sensitivitas, dan sabar. Ini karakter yang dibutuhkan KPK," terangnya.
Direktur Pukat UGM Zainal Arifin Mochtar menilai rendahnya peminat capim KPK salah satunya disebabkan gaji pimpinan KPK yang masih tergolong kecil.