Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
DESTINASI wisata Monkey Forest Ubud saat ini menunjukkan prestasi mengagumkan yaitu mampu menyedot 10% dari 15 juta turis yang datang ke Indonesia pada 2018. Setidaknya, 1,5 juta wisatawan telah berkunjung ke tempat itu.
“Monkey Forest Ubud ini sebuah wisata konservasi alam yang dikelola oleh pemerintahan desa. Bagaimana jika desa-desa lain mampu seperti Desa Padang Tegal ini, rakyat Indonesia pasti hidup makmur,” kata Ketua Komisi X DPR RI Djoko Udjianto saat memimpin Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPR RI meninjau Monkey Forest Ubud di Desa Padang Tegal, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, Kamis (1/11).
"Dengan luas tanah 12.5 hektare, tempat ini dapat memberikan hal besar bagi Indonesia. Belum ada tempat unik sekalipun yang dapat memberikan pendapatan daerah dan dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar seperti di Monkey Forest Ubud," tambah Legislator Partai Demokrat ini.
“Saya kagum karena Desa Padang Tegal mampu meraup Rp65 miliar lebih dari pengelolaan Monkey Forest Ubud, dan memberi pendapatan pajak kepada negara sekitar Rp7 miliar lebih," ungkap politisi dapil Jawa Tengah III yang berlatar belakang Teknik Konservasi Lingkungan di UGM itu.
Djoko menambahkan, Wisata Monkey Forest Ubud ini bisa dikembangkan seperti wisata kota tua Dubrovnik di Kroasia. "Saking banyak turis yang datang ke Dubrovnik, terpaksa kedatangan turis distop dan diatur jumlahnya agar tetap nyaman. Destinasi wisata Monkey Forest Ubud ini nantinya bisa seperti Dubrovnik saking tinggi jumlah kunjungan turis," ujar dia.
Menurut dia, Kementerian Pariwisata perlu menjadikan wisata Monkey Forest Ubud sebagai contoh yang wajib ditiru seluruh desa di Indonesia. "Banyak desa lain memiliki keunikan tersendiri, misalkan, di daerah pemilihan saya di Grobogan, Blora, ada Api Abadi Mrapen, yang bisa dikelola dengan baik menjadi wisata kelas dunia,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Bendesa (Desa Adat) Padang Tegal, I Made Gandra menjelaskan, hutan yang berisi sekitar 900 monyet ini mulai dikelola masyarakat Desa Padang Tegal sejak 1971. Kemudian dikelola secara professional tahun 1980-an.
“Kunjungan turis meningkat terus, awalnya luas hutan di 2013 hanya 8,5 hektare lalu kami perluas menjadi 12,5 hektar di 2017. Jadi hutan lindung yang menjadi paru-paru di Ubud makin luas,” jelas Made Gandra.
Tidak heran jika pemerintahan Desa Padang Tegal menyabet banyak penghargaan. Misalnya Bali Best Brand Award tahun 2011, piala Kalpataru dari Presiden di 2012, hingga desa percontohan pengelolaan sampah se-Bali tahun 2017.
Untuk kunjungan turis, di 2017 kunjungan turis meningkat 200% menjadi 1.343.152 orang dan meraup pendapatan Rp63,8 miliar. Tahun 2018, posisi September, jumlah turis naik lagi menjadi 1,14 juta orang dan pendapatan sebesar Rp56,4 miliar. (Dprgoid/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved