Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
ADA lima tipe pemilih di Jakarta. Pertama, pemilih ideologis, yang menjadikan dasar ideologi sebagai alasan untuk memilih pasangan tertentu. Kedua, tipe pemilih yang menentukan pilihan berdasarkan etnis.
Tipe ketiga, pemilih partisan yang akan ikut memilih sesuai dengan arus dan instruksi partai. Keempat, pemilih pragmatis yang bisa dimobilisasi karena pertimbangan-pertimbangan materi. Kelima, pemilihan cerdas yang menentukan pilihan berdasarkan pilihan rasional.
Tipe pemilih mana yang dominan? Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) Sri Budi Eko Wardani menegaskan, warga DKI Jakarta sudah cerdas memilih. "Pemilih mulai bisa mengkritisi isu SARA, walaupun tidak habis sama sekali," ujar Sri kepada Media Indonesia, Senin (21/3).
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti, sebelumnya, juga menandaskan bahwa warga Jakarta adalah tipe pemilih rasional.
Namun, hasil kajian Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) Indonesia, Ubedilah Badrun, patut diperhatikan. Ubedilah menjelaskan, berdasarkan riset Puspol baru-baru ini, terdapat 2 juta orang atau 28 persen pemilih kritis. Tipe pemilih ini melihat kapabilitas calon pemimpin berdasarkan gagasan dan rekam jejak.
Pemilih setia (loyalis) mencapai 3 juta orang atau sekitar 42,5 persen. Sedangkan 2 juta sisanya termasuk katagori pemilih transaksional dan tradisional.
"Dengan tipologi pemilih yang seperti itu maka kemenangan bisa ditentukan dari kemampuan cagub-cawagub menarik pemilih rasional dan tradisional," kata pengajar Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta itu baru-baru ini.
Tolak Hasil Survei
Jika Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012 dijadikan rujukan, kajian Puskapol UI 2012 menemukan pemilih rasional di Jakarta mencapai 40% lebih.
Kajian tersebut karena warga Jakarta tidak melihat pasangan calon berdasarkan asal parpol atau kedekatan primordial, melainkan program kerja serta figur calon. Pemilih yang memilih berdasarkan program kerja sebesar 31%, sosok figur 30%, sedangkan yang berdasarkan sisi primordial berkisar 26% dan didukung parpol pilihan hanya 1%.
Bergulirnya proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta sebanyak dua putaran pada 2012 terjadi karena para pemilih bersikap rasional.
Indikator rasionalitas para pemilih itu adalah keberanian mereka menolak hasil survei. Sejumlah lembaga survei seperti Lingkaran Survei Indonesia, Indobarometer, Pusat Kajian Pembangunan dan Kebijakan Strategis, serta Soegeng Sarjadi sebelumnya memprediksi kemenangan calon incumbent, Fauzi Bowo.
Kesalahan utama lembaga survei ialah tidak memperhitungkan peranan politik kelas menengah. Berdasarkan data Bank Dunia 2015, Indonesia menjadi negara dengan perkembangan kelas menengah terbesar di dunia.
Jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami perkembangan pesat setelah krisis moneter 1997/1998. Bank Dunia mencatat, pertumbuhan kelas menengah dari nol persen pada tahun 1999 menjadi 6,5 persen pada tahun 2011 menjadi 130 juta jiwa.
Pertumbuhan ekonomi kelas menengah ini ternyata juga mendorong tumbuhnya pengguna sosial media di negeri ini. Hingga kini, Indonesia tercatat sebagai pengguna aktif terbanyak untuk Twitter dan Facebook.
Dari total pengguna aktif Twitter secara global sebanyak 284 juta, data Maret 2015, Indonesia menyumbang angka 50 juta atau hampir 18 persen. Sementara pengguna aktif Facebook di Indonesia mencapai sekitar 60 juta dan ada di peringkat keempat setelah Amerika Serikat, India, dan Brazil.
Sejauh ini, kelas menangah itulah yang tergabung dalam Teman Ahok. Hanya dalam waktu 10 hari hingga hari ini, mereka mampu mengumpulkan 191.975 untuk Basuki Tjahaja Purna alias Ahok yang berpasangan dengan Heru Budi Hartono yang maju melalui jalur perseorangan. Mereka lihai memanfaatkan seluruh jejaring sosial.
Itu artinya, menang tidaknya Ahok-Heru dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 sangat ditentukan oleh kelas menengah yang masuk dalam tipe pemilih cerdas. (X-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved