Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
MENTERI Agama Fachrul Razi bercerita bahwa selama ini, ia sudah bersahabat sangat lama dengan Menko Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Panjaitan. Persahabatan yang ia rajut tak melihat latar belakang keagamaan berbeda yang dimiliki oleh keduanya. Luhut dan Fachrul merupakan lulusan Akademi Militer 1970.
“Pak Luhut itu penganut Kristen yang baik. Saya, penganut Islam yang baik, dan kami bersahabat dengan sangat baik. Semacam ini seharusnya kerukunan umat berjalan,” kata Fachrul, di Jakarta, Rabu (11/12), seperti dikutip dari laman kemenag.
Kisah ini dituturkannya seusai menyampaikan Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) 2019 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta. Berdasarkan survei Indeks KUB 2019 yang dilakukan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama ini, skor Indeks KUB pada tahun 2019 ini menunjukkan angka rata-rata nasional pada poin 73,83 dari rentang 0-100, atau masuk kategori "Rukun Tinggi".
Tak hanya dengan Luhut, Menag mengaku memiliki sahabat dan kolega yang berasal dari pemeluk agama yang berbeda. “Bahkan, setiap tahun saya menyelenggarakan buka puasa ramadan, seringkali yang datang itu lebih banyak sahabat-sahabat non muslim. Karena biasanya kalau sudah akhir-akhir, teman-teman yang muslim itu sudah pulang kampung,” tuturnya.
Perjalanan karir Menag selama menjadi prajurit aktif Tentara Nasional Indonesia pun menjadi pengalaman tersendiri baginya dalam melihat hubungan antar umat beragama. “Saat menjadi tentara itu, kita seringkali tidak tahu apa agama teman kita. Tapi dalam pertempuran, kita pasti saling membantu dan melindungi itu,” ujarnya.
“Pernah suatu kali saya memiliki dua ajudan terdekat, orang non muslim. Sebaliknya, Pimpinan Batalyon saya yang beragama non muslim,punya ajudan orang muslim. Biasa seperti ini, tapi tidak ada masalah. Kami bersama-sama menjaga negara,” tuturnya. (OL-8)
Tidak hanya karena secara geografis wilayahnya berbukit-bukit dengan ketinggian 760 meter di atas permukaan laut (mdpl), tetapi juga karena desa itu tak ubahnya Indonesia mini dengan beragam agama.
BUPATI Intan Jaya, Papua Tengah, Aner Maisini mengungkapkan Hari Raya Idul Adha merupakan momen untuk memperkuat solidaritas dan toleransi umat beragama.
"Setiap ada hari besar keagamaan, warga tanpa memandang keyakinan dan namanya berkumpul, saling pengucapan selamat," jelas Kepala Dusun Thekelan Agus Supriyo.
Dialog antaragama merupakan sarana yang sangat penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan daya kritis, membangun hubungan antaragama yang baik dan bermakna.
Toleransi, katanya, adalah kata yang paling sering terdengar tapi terkadang bisa berbalik menjadi penyebab tindakan-tindakan intoleran.
Fondasi dari moderasi beragama yang kokoh tak hanya bertumpu pada edukasi atau pendekatan budaya semata, tetapi juga sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved