Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Kualitas Demokrasi Indonesia Menurun

Putra Ananda
05/8/2019 08:45
Kualitas Demokrasi Indonesia Menurun
Lembaga survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) menyebut demokrasi Indonesia menurun sejak 2013.(MI/Sumaryanto Bronto)

KUALITAS demokrasi di Indonesia mengalami penurunan serius selama tujuh tahun terakhir. Lembaga riset Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyebutkan, penurunan kinerja demokrasi ini terutama disebabkan karena lemahnya penghargaan atas kebebasan sipil. Hal tersebut diungkapkan Peneliti Utama SMRC, Saiful Mujani, dalam diskusi Meredupnya Demokrasi di Indonesia, di Jakarta, kemarin.

Menurut Saiful, pada 2005-2012, Indonesia dinilai lembaga internasional seperti Freedom House telah mencapai indeks kebebasan 'sepenuhnya bebas'. lni berarti kualitas demokrasi di Indonesia ialah yang terbaik di ASEAN dan berada satu grup dengan negara demokratis lainnya di Asia, seperti India, Jepang, dan Korea Selatan. "Namun sejak 2013, skor indeks kebebasan di Indonesia terus menurun sehingga sekarang dinilai hanya sebagian bebas. Dari posisi 3 menjadi posisi ke-4, " ungkapnya.

Ia menyebutkan, salah satu faktor utama penurunan demokrasi ialah masih kuatnya diskriminasi terhadap kalangan yang dianggap minoritas, yang kadang diwujudkan dengan menggunakan kekerasan. Menurutnya, diskriminasi ini terutama dialami kelompok minoritas agama. "Masih banyak warga yang mengalami diskriminasi, tidak diterima warga yang lain dengan paksaan dan kekerasan," ujarnya.

Sayangnya, tambah Saiful, negara seperti tidak melindungi hak-hak kaum minoritas warga negara. Bahkan, dalam komunitas Islam, kalangan Ahmadiyyah atau Syiah juga mengalami diskriminasi yang terkesan didiamkaan negara. "Karena itu, Indonesia perlu kepemimpinan yang mengedepankan prinsip kesetaraan warga negara," tuturnya.

Kebebasan sipil
Ia mengungkapkan, ada semacam dugaan di kalangan elite politik bahwa gejala konservatisme diskriminatif sangat besar dan berpengaruh. Para elite ini, tambahnya, menganggap gelombang konservatisme diskriminatif itu bisa mengancam posisi mereka apabila bersikap tegas. "Sayangnya, dugaan tersebut tidak dilandasi fakta di mana terbukti kaum konservatif diskriminatif tidak pernah menang dalam kontestasi politik sepanjang sejarah Indonesia," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Saiful juga membedakan dua dimensi hak dan kebebasan dalam demokrasi, yaitu hak sipil dan kebebasan sipil. Untuk hak sipil, kondisi di Indonesia masih dianggap baik meski masih ada banyak hal yang harus dibenahi, sedangkan pemenuhan kebebasan sipil di Indonesia menunjukkan penurunan yang serius. "Hak sipil masih dianggap cukup baik karena saat ini di Indonesia hak partisipasi politik masih terjamin," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, pengajar Universitas Paramadina Abdul Malik Gismar menjelaskan, penurunan demokrasi di Indonesia dipengaruhi suasana politik di tanah air. Hal ini dapat terlihat dari tiga variabel, antara lain kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berserikat. "Ketiga variabel tersebut menjadi masalah dan mulai menurun karena bersinggungan dengan kepentingan politik," tuturnya. (P-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya