Model Kampanye Konvensional Belum Tergantikan

PAKAR komunikasi politik Gun Gun Heryanto berpendapat strategi kampanye konvensional menggunakan alat peraga dan pendekatan door-to-door atau blusukan hingga saat ini tidak tergantikan dengan kampanye digital melalui media sosial. Salah satu sebabnya, penetrasi internet masih belum menyeluruh. Pun tidak semua lapisan masyarakat hidup dalam hiruk pikuk politik di medsos.

"Untuk di perkotaan, strategi migrasi kampanye ke digital relevan karena media habit masyarakat tinggi. Tetapi, tidak mungkin menafikan pendekatan konvensional seperti datang ke rumah-rumah atau blusukan. Justru dalam peta politik Indonesia saat ini gaya konvensional masih menjadi penyumbang suara terbanyak," ungkap Gun Gun saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (26/1).

Alasan lain tidak tergantikannya kempanye gaya lama, sambung Gun Gun, ialah karakter masyarakat Indonesia yang komunitarian atau guyub. Hal itu khususnya berlaku untuk daerah pemilihan di area perdesaan, terlebih dengan penetrasi internet serta media habit yang rendah. Kampanye cara lama dengan alat peraga dan pendekatan rumah ke rumah atau pun menggelar pertemuan ramai bakal lebih efektif.

Untuk daerah dengan penetrasi internet tinggi, ujarnya, cara kampanye yang lebih efektif saat ini ialah dengan memadukan pendekatan konvensional dan digital. Kampanye di media sosial menurutnya bisa meningkatkan popularitas sang caleg. Namun, untuk mengubah popularitas menjadi elektabilitas, strategi blusukan tetap diperlukan untuk membangun ikatan emosional dengan calon pemilih.

"Untuk menaikkan popularitas atau keterkenalan, medsos sangat ampuh karena cepat dan mudah menyebar. Tapi untuk membentuk persepsi dan tindakan mengubah perilaku memilih butuh cara lain yakni mengikat sense of belonging mereka melalui strategi konvensional," tukasnya. (OL-4)