Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
BERITA bohong (hoaks) yang bertebaran lewat media sosial hanya akan menyebabkan konflik. Hoaks merupakan senjata untuk mengoyak kerukunan antarmasyarakat dengan segala perbedaan latar belakang yang ada baik agama, suku, maupun ras. Hoaks dapat mengancam nilai-nilai kebhinekaan.
Pernyataan tersebut diungkapkan anggota MPR RI Fraksi Partai NasDem Taufiqulhadi saat menjadi narasumber dalam Semninar Nasional yang diadakan Fraksi MPR-RI dan Dewar Pakar Partai NasDem dengan mengangkat tema "hoaks mengancam kaum milenial".
"Perlu diingat bahwa fenomena hoaks bukan sesuatu yang baru, melainkan penghalusan-penghalusan istilah yang sebenarnya bertujuan untuk memecah belah bangsa dan menguasai suatu negara," tutur Taufiqulhadi di Jakarta, Selasa (30/10).
Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) ada sekitar 800.000 situs hoax yang berkembang di Indonesia. Sepanjang tahun 2018, sedikitnya terdapat 53 kasus hoaks dan 324 kasus hate speech. Mabes Polri mencatat rata-rata terdapat 3500 konten hoaks yang diproduksi dalam waktu 1 hari.
Baca Juga:
Hoaks Layak Dikategorikan Kejahatan Luar Biasa
Adapun frekuensi pengguna internet di Indonesia lebih banyak berada di rentang usia hingga 18 tahun dengan persentase 75,50%. Rentang usia 19-34 tahun berada di posisi kedua dengan persentase 74,23%. Artinya, generasi milenial adalah generasi yang mendominasi pemanfaatan fasilitas internet di Indonesia dan rentan menjadi korban penyebaran hoaks.
"Tentu berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, mengingat konten hoaks mempunyai daya sensitivitas sosial dan politik yang tinggi," tuturnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Anita Abdurahman Wahid menuturkan hoaks yang disampaikan dengan tulisan narasi, paling efektif mempengaruhi masyarakat. kabar-kabar narasi tersebut disebarkan lewat sosial media.
"Narasi kabar hoaks tersebut menjadi 'lunak' apabila penyebarannya tidak masif di sosial media. Penerima hoaks baiknya dapat mencerna informasi yang diterima dan tidak mudah menyebarkan kembali di media sosial," ujarnya.
Anita menambahkan hoaks sebetulnya dapat diidentifikasi secara sederhana. Ia pun membeberkan beberapa ciri, seperti berita hoaks sering menggunakan judul senasional yang cenderung provokatif. Isinya pun biasa diambil dari berita resmi yang datanya diubah untuk menimbulkan persepsi sesuai kehendak sang pembuat berita palsu.
"Perhatikan berita berasal dari mana sumbernya. Berita hoaks umumnya menyajikan sumber yang tidak berimbang," ungkapnya.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved